Selasa, 22 Juni 2010

Konsep Dasar Keperwatan Profesi

KONSEP DASAR KEPERAWATAN PROFESIONAL

KONSEP

• KEPERAWATAN MERUPAKAN BENTUK PELAYANAN PROFESIONAL KEPADA KLIEN YANG DIBERIKAN SECARA MANUSIAWI
• KOMPREHENSIF BIO, PSIKO, SOSIAL, SPIRITUAL DAN INDIVIDUALISTIK
• DIBERIKAN SECARA BERKESINAMBUNGAN SEJAK KLIEN MEMBUTUHKAN PELAYANAN SAMPAI MAMPU MELAKUKAN AKTIVITAS SECARA PRODUKTIF
• KEPERAWATAN PROFESIONAL HANYA DAPAT DILAKUKAN OLEH TENAGA KEPERAWATAN PROFESIONAL YANG TELAH MEMILIKI IZIN DAN KEWENANGAN
• KEPERAWATAN PROFESIONAL ADALAH TINDAKAN MANDIRI PERAWAT (AHLI MADYA, NERS, NERS SPESIALIS,NERS KONSIULTAN)
• DILAKUKAN SECARA KOLABORATIF DENGAN PASIEN, TENAGA KESEHATAN LAIN SESUAI LINGKUP WEWENANG DAN TANGGUNG JAWABNYA
• DILAKSANAKAN BERDASARKAN ILMU DAN KIAT KEPERAWATAN
• KEPERAWATAN PROFESIONAL DILAKUKAN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN, MENCEGAH PENYAKIT, PENYEMBUHAN, PEMULIHAN SERTA PEMELIHARAAN KESEHATAN

FALSAFAH PRAKTIK KEPERAWATAN

• DISUSUN DENGAN MERUJUK PADA KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN
• MENGANDUNG DASAR - DASAR PEMIKIRAN UNTUK MENGEMBAN TUGAS KEPERAWATAN YG DISESUAIKAN DENGAN NILAI DAN LATAR BELAKANG BUDAYA
• PERNYATAAN FALSAFAH KEPERAWATAN DI INDONESIA :
1. PERAWATAN MERUPAKAN BANTUAN, DIBERIKAN KARENA ADANYA KELEMAHAN FISIK DAN MENTAL, KETERBATASAN PENGETAHUAN SERTA KURANGNYA KEMAUAN MENUJU KEPADA KEMAMPUAN MELAKSANAKAN KEGIATAN HIDUP SEHARI-HARI
2. KEGIATAN DILAKUKAN DALAM UPAYA PENYEMBUHAN PEMULIHAN SERTA PEMELIHARAAN KESEHATAN DENGAN PENEKANAN KEPADA UPAYA PELAYANAN UTAMA (PHC) SESUAI DENGAN WEWENANG TANGGUNG JAWAB

PENGERTIAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

• ADALAH TINDAKAN MANDIRI PERAWAT (AHLI MADYA, NERS, NERS SPESIALIS NERS KONSIULTAN)
• DILAKUKAN SECARA KOLABORATIF DENGAN PASIEN, TENAGA KESEHATAN LAIN SESUAI LINGKUP WEWENANG DAN TANGGUNG JAWABNYA
• SEBAGAI TINDAKAN PROFESIONAL MENGGUNAKAN PENGETAHUAN TEORITIS DARI BERBAGAI ILMU DASAR (BIOL;OGI, FISIKA, BIOMEDIK, PERILAKU SOSIAL DAN ILMU KEPERAWATAN)
• KARAKTERISTIK PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL :
1. MEMILIKI OTORITAS (AUTORITY), YAKNI MEMILIKI KEWENANGAN SESUAI DENGAN KEAHLIAN
2. MEMILIKI AKUNTABILITAS (ACCOUNTABILITY) TANGGUNG GUGAT TERHADAP APA YANG DILAKSANAKAN SESUAI DGN KETENTUAN HUKUM YG BERLAKU DAN BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP KLIEN, DIRI SENDIRI DAN PROFESI SERTA MENGAMBIL KEPUTUSAN YAGNG BERHUBUNGAN DGN ASUHAN

3. MENGAMBIL KEPUTUSAN MANDIRI (INDEPENDEN DECISION MAKING) SESUAI KEWENANGAN, DILANDASISI PENGETAHUAN YG KOKOH DAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ILMIAH DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN (JUDGMENT) PADA TIAP TAHAP PROSES KEPERAWATAN
4. BERKOLABORASI (COLLABOARATION), BEKERJASAMA BAIK LINTAS PROGRAM MAUPUN LINTAS SEKTOR DAN BERBAGAI DISIPLIN
5. PEMBELA (ADVOCACY) BERTINDAK DEMI HAK KLIEN
6. FASILITATOR (FASILITATION) MAMPU MEMBERDAYAKAN KLIEN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN

HAKIKAT PRATIK KEPERAWATAN

• SENATIASA MENGABDI KEPADA KEMANUSIAAN / BERBENTUK PELAYANAN HUMANISTIK
• MENDAHULUKAN KEPENTINGAN KESEHATAN KLIEN
• ASKEP MERUPAKAN INTI PRAKTEK KEPERAWATAN
• HUBUNGAN PROFESIONAL PERAWAT – KLIEN MENGACU PADA SISTEM INTERAKSI SECARA POSITIF ATAU HUBUNGAN TERAPIUTIK
• KARAKTERISTIK HUBUNGAN PROFEDIONAL :
1. BERORIENTASI PADA KEBUTUHAN KLIEN
2. DIARAHKAN PADA PENCAPAIAN TUJUAN
3. BERTANGGUNG JAWAB DLM MENYELESAIKAN MASALAH KLIEN
4. MEMAHAMI KONDISI KLIEN DGN BERBAGAI KETERBATASAN
5. MEMBERI PENILAIAN BERDASARKAN NORMA YG DISEPAKATI
6. BERKEWAJIBAN MEMBANTU KLIEN AGAR MAMPU MANDIRI
7. BERKEWAJIBAN MEMBINA HUBUNGAN SALING PERCAYA
8. BEKERJA SESUAI KAIDA ETIK, MENJAGA KERAHASIAAN
9. BERKOMUNIKASI SECARA EFEKTIF

FOKUS PRAKTEK KEPERAWATAN
• UPAYA KESEHATAN DUNIA DAN NASIOANAL
• PADA SAAT INI KESMAS MERUPAKAN FOKUS UTAMA DGN TARGET POPULASI TOTAL
• TUJUAN SESUAI YG DICANANGKAN WHO (1985) :
1. PENCEGAHAN PRIMER
2. PENINGKATAN KESEHATAN
3. PERAWATAN DIRI
4. PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI
• KOZIER & ERB (1990 ) MEMBAGI EMPAT AREA TERKAIT KESEHATAN
1. PENINGKATANKESEHATAN (HEALTH PROMOTION)
- PENDIDIKAN KESEHATAN
- PERUNDANGAN / KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG
- HUBUNGAN INTERPERSONAL DGN KLIEN SECAR LANGSUNG
AREAYG MELIBATKAN PERAWAT :
a. MENDORONG LATIHAN FISIK SECARA PERIODIK DAN PEMANTAUAN PENYAKIT
b. MEMIMPIN PELKS. PENKES PADA MASY.
c. MENDUKUNG UNDANG-UNDANG UNTUK KES
d. MENINGKATKAN KESEHATAN & KESKER
2. PENCEGAHAN PENYAKIT :
- HELATH EDUCATION DI RUMAH SAKIT
- PROGRAM MENINGKATKAN GAYA HIDUP SEHAT
- MEMBERI INFORMASI
- MENYEDIAKAN YANKEP
- MEMBANTU TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA
- IMMUNISASI
- MELAKUKAN PEMERIKSAAN UNTUK DETEKSI DINI
- KONSELING KESEHATAN


PERAN PERAWAT :
a. BERTINDAK SEBAGAI MODEL PERAN
b. MENGAJARKAN KLIEN STRATEGI KEPERAWATAN UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN
c. MEMPENGARUHI KLIEN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT
d. MENUNJUKAN PADA KLIEN CARA PEMECAHAN MASALAH
e. MENGUTKAN PERILAKU PENINGKATAN KESEHATAN


3. PEMELIHARAAN KESEHTAN (HEALTH MAINTENANCE)
4. PEMULIHAN KESEHATN (HEALT RESTORATION) DAN PERAWATAN PASIEN MENJELANG AJAL



KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI

A. Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan professional.
Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut ketrampilan intelaktual.
Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan professional sebagai suatu karakter, spirit atau metode professional yang mencakup pendidikan dan kegiatan diberbagai kelompok okupasi yang angotanya berkeinginan menjadi professional. Professional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.

B. Karakteristik Profesi
1. Gary dan Pratt (1991), Kiozer Erb dan Wilkinson (1995) mengemukakan karakteristik professional sebagai berikut :
a. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan
b. Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis
c. Kemampuan menyelesaikan masalah
d. Pengembangan diri secara berkesinambungan
e. Pendidikan formal
f. System pengesahan terhadap kompetensi
g. Penguatan secara legal terhadap standart professional
h. Praktik berdasarkan etik
i. Hukum terhadap malpraktik
j. Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat
k. Perbedaan peran antara pekerja professional dengan pekerjaan lain dan membolehkan praktik yang otonom.

2. Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik keperawatan.
Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh ketrampilan yang bersifat intuitif. Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu ilmu dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku, social, fisika, biomedik dan lain-lain. Selain itu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.
b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu kemandirian klien.
c. Pendidikan yang mmenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi atau universitas.
Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan tinggi memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan mereka menjalankan peran dengan lebih terpadu dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Disampingg itu perawat dituntut untuk mengembangkan Iptek keperawatan.
d. Pengendalian terhadap standart praktik.
Standart adalah pernyatan atau criteria tentang kualitas praktik. Standart praktik keperawatan menekankan kpada tangung jawab dan tangung gugat perawat untuk memenuhi standart yang telah ditetapkan yang bertujuan menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.
e. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.
Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang diberikan kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan dan konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan pada situasi tertentu.
f. Karir seumur hidup
Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan ketrampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.
g. Fungsi mandiri
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan walaupun kegiatran kolaborasi dengan profesilain kadang kala dilakukan dimana itu semua didasarkan kepada kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi lain.

C. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut prawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diplima saja, di ilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan antara lain :
1. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui pnetapan criteria dari berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah rogram pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
3. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sector swasta.
5. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri, bukan anya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah yang berpotensi untuk dikembangkan.

D. Pohon Ilmu ( Body of Knowledge )
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang aplikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler.

E. Cerminan Perawat Profesional
Cerminan nilai professional perawat dalam praktik keperawatan dikelompokkan dalam nilai intelektual dan nilai komitmen moral interpersonal, sebagai berikut :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
Perawat selalu mengupayakan keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.

KONSEP & TEORI KEPERAWATAN
MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN
TERMINOLOGI
Metaparadigma:
Tingkat pengetahuan paling abstrak
Ditujukan pada konsep utama yang mencakup subyek dan ruang lingkup disiplin
Power and Knapp:
“Nursing’s metaparadigm consists of the central concepts of person, environment and nursing”
Filsafat (Philosophy)
Tingkat pengetahuan berikutnya
Mendefinisikan konsep metaparadigma di setiap model konsep keperawatan
Dapat membentuk teori
C/ Filsafat keperawatan : Kerja Nightingale dalam mendefinisikan “Modern Nursing”
Model Konsep (Conceptual Model)
Kerangka kerja atau paradigma yang berperan sebagai rujukan atas pendekatan sistemik fenomena sesuai dengan disiplin.
Memberikan berbagai pandangan yang berbeda tentang keperawatan sesuai dengan karakteristik model
c/ Johnson berfokus pada perilaku, King berfokus pada interaksi, Roy berfokus pada adaptasi
GRAND THEORY
Hampir sama dengan model konsep yang menjadi asal pembentukan teori
Berbeda dengan model konsep karena memberikan perspektif yang benar dan telah teruji.
c/ Teori Roy (manusia sbg sistem yg adaptif) berasal dari Roy Adaptation Model

TEORI
Sekelompok konsep yang mengacu pada tindakan yang mendasari praktek
Teori Keperawatan: sekelompok konsep yang berkaitan yang berasal dari model keperawatan.
Teori keperawatan juga dapat berasal dari disiplin ilmu lain
c/Teori Leininger (Culture Care: Diversity and Universality Theory) berasaldari Antropologi
c/Teori Peplau (Psychodinamic Nursing) bersumber dari Ilmu Jiwa
Dibatasi oleh aspek keperawatan yang di tampilkan
c/ Teori Leininger – budaya
Spesifik pada pendekatan keperawatan tertentu atau pada populasi pasien tertentu.
c/ Teori Mercer – Theory of Maternal Role Attainment

MIDDLE-RANGE THEORY
1.Fokus lebih sempit dari teori
2.Spesifik pada: situasi/ kondisi kesehatan, populasi pasien atau kelompok umur, lokasi/ area praktek, dan intervensi keperawatan tertentu.
3.Lebih nyata di bandingkan grand theory dalam tingkat keabstrakan

Lebih akurat dan berfokus menjawab pertanyaan tentang tindakan keperawatan spesifik.

Knowledge Structure Levels with Example
Structure Level
Example
Metaparadigm

Philosophy
Conceptual Model
Grand Theory
Theory

Middle-Range Theory
Person, Environment, health, and nursing
Nightingale
King’s Systems Framework
King’s Theory of Goal Attainment
Goal Attainment in hospital settings

Goal attainment in adolescent diabetic patients in the community
THE NATURE OF SCIENCE
Dalam pembentukan ilmu keperawatan, muncul pertanyaan filosofis :
What is science, knowledge and thruth?
What methods produce scientific knowledge?

Mempengaruhi ilmuwan dalam melakukan aktifitas ilmiah, bagaimana mengintepretasikan hasil, dan bagaimana mendefinisikan ilmu dan pengetahuan

NURSING SCIENCE DEVELOPMENT
s/d akhir 1950’s
Terminologi “Nursing Science” jarang digunakan di literatur
Pengetahuan yang mendasari praktek keperawatan tidak lengkap
↑ prioritas untuk mengembangkan dasar ilmiah praktek keperawatan.
1952 : Peplau → Teori pertama praktek keperawatan dlm bukunya: Interpersonal Relations in Nursing
Jurnal “Nursing Research” dipublikasikan

1960s – 1970s
Isu pengembangan teori untuk menjawab pertanyaan:
What is theory?
How should nursing theory be developed?
Should theories be borrowed from other fields?
Carper (1978): 4 fundamental patterns of knowledge in nursing
Empirical knowledge (nursing science)
Esthetic knowledge (nursing art)
Moral Knowledge (ethics in nursing)
Personal Knowledge (therapeutic use of self)
1980s
↑ penerimaan teori keperawatan
Pengembangan teori kep. melalui penggabungan teori dan kurikulum kep.
Teori kep. : digunakan untuk analisa praktek klinik
Konsensus: Paradigma Keperawatan terdiri atas 4 komponen (individu, lingkungan, kesehatan, keperawatan)
1990s
Debat apakah keperawatan merupakan : basic science , applied science, atau practical science
Terus berupaya mendefinisikan komponen paradigma keperawatan
Pengkayaan metodologi penelitian kep. dalam mengembangkan pengetahuan keperawatan

Evolusi Teori Keperawatan
PHILOSOPHIES
CONCEPTUAL MODELS AND GRAND THEORIES
THEORIES AND MIDDLE-RANGE NURSING THEORIES
Nightingale
Wiedenbach
Henderson
Abdellah
Hall
Watson
Benner
Orem
Levine
Rogers
Johnson
Roy
Neuman
King
Roper, Logan & Tierney
Peplau
Orlando
Travelbee
Kolcaba
Erickson, Tomlin,
& Swain
Mercer
Barnard
Leininger
Parse
Mishel
Newman
Adam
Pender

FLORENCE NIGHTINGALE : Modern Nursing (1820-1910)
Orientasi filosofik: interaksi manusia/klien dengan lingkungannya.
Penyakit adalah proses perbaikan (reparative process) dan dengan manipulasi lingkungan pasien – ventilasi, kehangatan, cahaya, diet, kebersihan, dan suara- akan mengkontribusi pada proses perbaikan dan pada kesehatan pasien.
Fokus: hubungan keperawatan dan pasien-lingkungan

Ernestine Wiedenbach (1960s) : The Helping Art of Clinical Nursing
Konsentrasi : Art of Nursing
Fokus: kebutuhan pasien
Keperawatan klinik memiliki 4 komponen:
philosophy/filsafat; purpose/kemanfaatan; practice/praktek; dan art/kiat.
Postulat: kep. Klinik secara langsung ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien akan bantuan
Perawat mengidentifikasi kebutuhan klien akan tindakan kep. dg cara:
Mengobservasi perilaku yang konsisten dan inkonsisten thd rasa nyaman klien
Mengeksplorasi arti perilaku pasien
Menentukan penyebab ketidaknyamanan atau ketidakberdayaan
Menentukan apakah pasien dapat mengatasi masalahnya sendiri ataukan membutuhkan bantuan

Virginia Henderson : Definition of Nursing
1955, definisi kep.:
“The unique function of the nurse is to assist the individual, sick or well, in the performance of those activities contributing to health or its recovery (or to peaceful death) that he would perform unaided if he had the necessary strength, will or knowledge. And to do this in such a way as to help him gain independence as rapidly as possible”
Jasmani (body) dan rohani (mind) klien tidak dapat dipisahkan; manusia unik, tidak ada 2 manusia yang sama
14 basic needs of patients:
1. Breathe normally
2. Eat and drink adequately
3. Eliminate body wastes
4. Move and maintain desirable postures
5. Sleep and rest
6. Select suitable clothes – dress and undress
7. Maintain body temperature within normal range
8. Keep the body clean and well groomed and protect the integument
9. Avoid dangers in the environment and avoid injuring others
10. Communicate with others in expressing emotions, needs, fears, or opinions
11. Worship according to one’s faith
12.Work in such way that there is a sense of accomplishment
13. Play or participate in various form of recreation
14. Learn, discover, or satisfy the curiosity that leads to normal development and health and use the available health facilities.
Askep: bertujuan memandirikan klien

Faye Glenn Abdellah (1960) : 21 Nursing Problems
Berdasar pada: metode pemecahan masalah
Berpengaruh pada pengembangan kurikulum kep.
Memandang:”Nursing as a both an art and a science that molds the attitude, intelectual competencies, and technical skills of the individual nurse into the desire and ability to help people cope with their health needs whether they are ill or well”
21 Nursing Problems – petunjuk bagi perawat untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah klien.

Lydia E. Hall : Core, Care and Cure Model
Aspect of patient:

The person – social sciences – nursing aspect: Therapeutic use of self
The body – Natural and Biological sciences – nursing aspect: Intimate bodily care
The disease – Pathological and therapeutic sciences – nursing aspect: seeing the patient and family through the medical care
Perawat berperan pada ketiga aspek pasien dalam derajat yang berbeda, dan berbagi lingkaran tersebut dengan tenaga kesehatan lainnya.

CONCEPTUAL MODELS AND GRAND THEORIES
Dorothea E. Orem (1971) Self-Care Deficit Theory
Individu adalah suatu kesatuan utuh yang terdiri atas fisik, psikologis, dan sosial, dengan kemampuan merawat diri sendiri (self-care ability) yang berbeda-beda.
→ osi tindakan keperawatan ditujukan
kepada upaya mengacu kemampuan
mengasuh diri sendiri
Self-Care Defisit Theory, terdiri atas
1.Theory of Self Care. Self Care : aktifitas yg dilakukan dan ditujukan individu pd dirinya sendiri dlm mempertahankan kehidupan, sehat dan kesejahteraan.
2.Theory of self Care Defisit. Self Care Defisit: Ketidakmampuan diri memenuhi kebutuhan perawatan diri yg terapeutik ---- need nursing
3.Theory of Nursing System
Theory of Nursing System:
Nursing is human action. 3 tipe sistem keperawatan:
Wholly Compensatory (doing for patient)
Partly Compensatory (helping patient do for her/himself)
Supportive-educative (helping the patient learn to do for him/herself)
3 Langkah proses kep.:
Pengkajian dan diagnosis
Merencanakan dan merancang sistem bantuan keperawatan
Melaksanakan dan mengendalikan bantuan sesuai tahapan proses keperawatan

Myra Estrin Levine (1960s) The Conservation Model
Intervensi Keperawatan berlandaskan prinsip konservasi, termasuk:
1.Conservation of Energy : keseimbangan dan perbaikan energi dibutuhkan individu untuk melakukan aktifitas
2.Conservation of Structural Intergrity : penyembuhan adl proses perbaikan integritas struktur dan fungsi dlm mempertahankan keutuhan diri.
3.Conservation of Personal Integrity : pentingnya harga diri dan identitas diri klien, & penghormatan terhadap privasi.
4.Conservation of Social Integrity : pelibatan anggota keluarga, pemenuhan kebutuhan keagamaan, dan penggunaan hubungan interpersonal
4 Levels of Organismic Response:
Fight or flight
Inflammatory response
Response to stress
Perceptual Awareness

Martha E. Rogers Unitary Human Beings
Postulatnya: Manusia adalah area energi yang dinamis yang terintegrasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pada “general system theory” dengan 4 komponen:
1. Energy field
2. A universe of open systems
3. Pattern
4. four dimensionality

Prinsip Homeodynamic : a way of perceiving unitary human beings
→ memberikan gambaran bagaimana proses kehidupan dan memperkirakan faktor2 yang terlibat dalam proses tersebut – adanya keterkaitan yang terus menerus antara manusia dan lingkungannya.
Landasan teori:
Sejarah humanity dan dunia (antropologi,sosiologi, astronomi, agama, filosofi, mytologi)

Dorothy E. Johnson Behavioral System Model
Keperawatan : perawatan klien secara integral untuk memfasilitasi tingkah laku yang effektif dan effisien klien dalam mencapai keseimbangan.
7 subsistem:
1.Attachment/ Affiliative: pendekatan dg org lain – beri rasa nyaman
2.Dependency : bantuan dan perhatian org lain
3.Ingestive: intake mknan & faktor sos bud
4.Eliminative: ekskresi produk sisa & kontrol fisik dan situasi sosial
5.Sexual : tingkah laku gender & budaya b.d. kreatifitas
6.Achievement: kemampuan intelektual, fisik, kreatifitas dan sosial dlm mengontol lingkungan
7.Aggressive/ Protection: Perlindungan dan pertahanan diri
→ Keseimbangan lingkungan internal dan eksternal
Nursing --- terpisah --- Medicine
Fokus : Fokus:
tingkah laku Perubahan patologik
Saling melengkapi

Sister Callista Roy Adaptation Model
Individu: makhluk bio-psiko-sosial yg harus dilihat sebagai suatu kesatuan yg utuh, yang secara terus menerus berinteraksi, berespon dan beradaptasi dg lingkungannya.
Tujuan Keperawatan: u/ mengkaji tingkah laku adaptif klien dan stimulasi yg dpt meningkatkan adaptasi.
Respon adaptif → berpengaruh positif terhadap kesehatan
Model Sistem Adaptasi (Roy, 1984)
Input Proses kontrol Effektor Output
Mekanisme Fn Fisiologik Respon2
Stimulasi koping Konsep diri adaptif
Tk. Adaptasi Regulator Fn Peran &
Cognator Interdependen ineffektif



Proses Kep. : Pengkajian tk I – behavioral
II – stimulasi individu
Analisa→Dx.Kep.→Tujuan→Intervensi→Evaluasi
Betty Neuman (Systems Model)
→ pendekatan sistem pd asuhan keperawatan klien yg dinamis dan terbuka, difokuskan pada definisi masalah keperawatan dan pemahaman pada interaksi klien dg lingkungan. Klien sbg sistem adalah individu, keluarga, grup, komunitas, atau isu.
Penekanan pada penurunan stres dengan memperkuat garis-garis pertahanan fleksibel, normal, maupun resisten, dg Intervensi diarahkan pada ketiga garis pertahanan tersebut yg terkait dg 3 level prevensi : primer, sekunder, tersier.
Imogene King (Dynamic Interacting Systems Framework (1980))
Social Systems
(society)
Interpersonal systems
(groups)
Personal systems
(individuals)

Theory of Goal Attainment, King (1981)
: Mutual goal setting [between a nurse and a client] is based on (a) nurse’s assessment of a client’s concerns, problems, and disturbances in health; (b)nurses’ and client’s perceptions of the interferences; and (c) their sharing of informations whereby each functions to help the client attain the goals identified. In addition, nurses interact with family members when clients cannot verbally participate in the goal setting.
Perawat-klien berinteraksi u/ identifikasi masalah klien demi pencapaian tujuan.
Dasar : individu aktif berinteraksi dg orang lain dan obyek di lingkungan; dan berubah sebagai hasil interaksi tersebut.

Theories and Middle-Range Theories
Hildegard E. Peplau (Psychodynamic Nursing)
: mampu mengerti tingkah laku seseorang untuk membantunya dlm mengidentifikasi kesulitannya dan u/ menerapkan prinsip ‘human relations’ dlm mengatasi masalah2 yg timbul pd berbagai tingkat kejadian.
Keperawatan: proses interpersonal yang terapeutik
4 fase hub. P-K: Orientasi, Identifikasi, Exploitasi, resolusi
Ida Jean Orlando (Disciplined Professional Response Theory)
: menekankan pada hubungan timbal balik (reciprocal relationship) antara perawat dan klien
Landasan teori: hubungan interpersonal
Fokus: sifat unik setiap individu/ klien
→ekspresi klien (verbal & non verbal) mengisyaratkan kebutuhan

Madeleine Leiniger (Culture Care: Diversity and Universality Theory)
: Kep. Adalah profesi perawatan antar budaya dimana perawatan menjadi area sentral.
Kep. → Kiat & ilmu yang merawat dg budaya spesifik pada individu dan kelompok u/ meningkatkan atau mempertahankan perilaku sehat atau proses penyembuhan.
3 teori budaya yg mendasari tindakan keperawatan:
1. Cultural care preservation/ maintenance
2. Cultural care accommodation/ negotiation
3. Cultural care repatterning/ restructuring
Teorinya di reformulasi sbg:
Transcultural Nursing
Mengembangkan Metodologi penelitian Ethnonursing – mempelajari manusia dari pengetahuan dan pengalaman individu mereka, dan kemudian membandingkannya dg kepercayaan dan praktek budaya (outsider).



KONSEP BERUBAH


Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implisit dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah orang lain dan memecahkan masalah.
Keperawatan yang sedang berada pada proses profesionalisasi terus berusaha membuat atau merencanakan perubahan. Adaptasi terhadap perubahan telah menjadi persyaratan kerja dalam keperawatan. Personal keperawatan bekerja untuk beberapa pimpinan, termasuk klien dan keluarganya, dokter, manajer keperawatan, perawat pengawas dan perawat penanggung jawab yang berbeda dalam tiap ship. Perawat pelaksana menemukan peran bahwa mereka berubah beberapa kali dalam satu hari. Kadang seorang perawat menjadi manajer, kadang menjadi perawat klinik, kadang menjadi konsultan dan selalu dalam peran yang berbeda. Sebagai perawat pelaksana maupun sebagai manajer keperawatan kita perlu membuat perubahan untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat tentu saja berharap perubahan tersebut jangan sampai menimbulkan konflik. Oleh karena itu, sebaiknya perawat perlu mengetahui teori-teori yang mendasari perubahan.
PENGERTIAN
Banyak definisi pakar tentang berubah , dua diantaranya yaitu :
1. Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987)
2. Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi (Brooten,1978)

TEORI – TEORI PERUBAHAN
A. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan seorang manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :
1. Ada perubahan yang akan dilakukan
2. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
3. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
4. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :
1. Diagnosis
2. Penetapan objektif bersama
3. Penekanan kelompok
4. Informasi maksimal
5. Diskusi tentang pelaksanaan
6. Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang-orang yang akan terlibat atau terpengaruh dengan perubahan. Sehingga diharapkan mereka mampu mengontrol perubahan tersebut.

B. Teori Lewin
Lewin mengatakan ada tiga tahap dalam sebuah perubahan, yaitu :
1. Tahap Unfreezing
Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam sistem. Tugas perawat pada tahap ini adalah mengidentifikasi masalah dan memilih jalan keluar yang terbaik.
2. Tahap Moving
Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan mencari dukungan dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.
3. Tahap Refreezing
Setelah memiliki dukungan dan alternatif pemecahan masalah perubahan diintegrasikan dan distabilkan sebagai bagian dari sistem nilai yang dianut. Tugas perawat sebagai agen berubah berusaha mengatasi orang-orang yang masih menghambat perubahan.

C. Teori Lippitt
Teori ini merupakan pengembangan dari teori Lewin. Lippitt mengungkapkan tujuh hal yang harus diperhatikan seorang manajer dalam sebuah perubahan yaitu :
1. Mendiagnosis masalah
Mengidentifikasi semua faktor yang mungkin mendukung atau menghambat perubahan
2. Mengkaji motivasi dan kemampuan untuk berubah
Mencoba mencari pemecahan masalah
3. Mengkaji motivasi dan sumber-sumber agen
Mencari dukungan baik internal maupun eksternal atau secara interpersonal, organisasional maupun berdasarkan pengalaman
4. Menyeleksi objektif akhir perubahan
Menyusun semua hasil yang di dapat untuk membuat perencanaan.
5. Memilih peran yang sesuai untuk agen berubah
Pada tahap ini sering terjadi konflik teruatama yang berhubungan dengan masalah personal.
6. Mempertahankan perubahan
Perubahan diperluas, mungkin membutuhkan struktur kekuatan untuk mempertahankannya.

7. Mengakhiri hubungan saling membantu
Perawat sebagai agen berubah, mulai mengundurkan diri dengan harapan orang-orang atau situasi yang diubah sudah dapat mandiri.

D. Teori Rogers
Teori Rogers tergantung pada lima faktor yaitu :
1. Perubahan harus mempunyai keuntungan yang berhubungan
Menjadi lebih baik dari metodeyang sudah ada
2. Perubahan harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada
Tidak bertentangan
3. Kompleksitas
Ide-ide yang lebih komplek bisa saja lebih baik dari ide yang sederhana asalkan lebih mudah untuk dilaksanakan.
4. Dapat dibagi
Perubahan dapat dilaksanakan dalam skala yang kecil.
5. Dapat dikomunikasikan
Semakin mudah perubahan digunakan maka semakin mudah perubahan disebarkan.

E. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
1. Membangun suatu hubungan
2. Mendiagnosis masalah
3. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
4. Memilih jalan keluar
5. Meningkatkan penerimaan
6. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri

F. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley
1. Mengenali gejala
2. Mendiagnosis masalah
3. Menganalisa jalan keluar
4. Memilih perubahan
5. Merencanakan perubahan
6. Melaksanakan perbahan
7. Mengevaluasi perubahan
8. Menstabilkan perubahan

TINGKATAN PERUBAHAN
Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya,
maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna. Hersey dan Blanchard (1977) menyebutkan dan mendiskusikan empat tingkatan perubahan.
Perubahan peratama dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. Sedangkan perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan. Tingkat kesulitan berikutnya adalah perilaku individu. Misalnya seorang manajer mungkin saja mengetahui dan mengerti bahwa keperawatan primer jauh lebih baik dibandingkan beberapa model asuhan keperawatan lainnya, tetapi tetap tidak menerapkannya dalam perilakunya karena berbagai alasan, misalnya merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut. Perilaku kelompok merupakan tahap yang paling sulit untuk diubah karena melibatkan banyak orang . Disamping kita harus merubah banyak orang, kita juga harus mencoba mengubah kebiasaan adat istiadat, dan tradisi juga sangat sulit.
Bila kita tinjau dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan. Perubahan Partisipatif akan terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berprilaku dalam cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Siklus perubahan partisipatif dapat digunakan oleh pemimpin dengan kekuasaan pribadi dan kebiasaan positif. Perubahan ini bersifat lambat atau secara evolusi, tetapi cenderung tahan lama karena anak buah umumnya menyakini apa yang merekan lakukan. Perubahan yang terjadi tertanam secara instrinsik dan bukan merupakan tuntutan eksterinsik.
Perubahan diarahkan atau paksaan Bertolak belakang dengan perubahan partisifatif, perubahan ini dilakukan dengan menggunakan kekuasaan, posisi dan manajemen yang lebih tinggi memberikan tengatng aarah dan perilaku untuk system dari masalah : aktualnya seluruh organisasi dapat menjadi fokus. Perintah disusun dan anak buah diharapkan untuk memenuhi dan mematuhinya. Harapan mengembangkan sikap positif tentang hal tersebut dan kemudian mendapatkan pengetahuan lebih lanjut. Jenis perubahan ini bersifat berubah-ubah, cenderung menghilang bila manajer tidak konsisten untuk menerapkannya.

RESPON TERHADAP SUATU PERUBAHAN

Bagi sebagian individu perubahan dapat dipandang sebagai suatu motivator dalam meningkatkan prestasi atau penghargaan. Tapi kadang-kadang perubahan juga dipandang sebagai sesuatu yang mengancam keberhasilan seseorang dan hilangnya penghargaan yang selama ini didapat. apakah seseorang memandang perubahan sebagai suatu hal yang penting atau negatif. Umumnya dalam perubahan sering muncul resistensi atau adanya penolakan terhadap perubahan dalam berbagai tingkat dari orang yang mengalami perubahan tersebut.
Menolak perubahan atau mempertahankan status quo ketika berusaha melakukan perubahan, bisa saja terjadi. Karena perubahan bisa merupakan sumber stress. Oleh karenanya timbullah perilaku tersebut. Penolakan sering didasarkan pada ancaman terhadap keamanan dari individu, karena perubahan akan mengubah perilaku yang ada. Jika perubahan menggunakan pendekatan pemecahan masalah maka harus diberitahukan mengenai dampak yang mungkin timbul akibat perubahan.
Faktor-faktor yang akan merangsang penolakan terhadap perubahan misalnya, kebiasaan, kepuasan akan diri sendiri dan ketakutan yang melibatkan ego. Orang-orang biasanya takut berubah karena kurangnya pengetahuan, prasangka yang dihubungkan dengan pengalaman dan paparan dengan orang lain serta ketakutan pada perlunya usaha yang lebih besar untuk menghadapi kesulitan yang lebih tinggi. Perubahan memang menuntut investasi waktu dan usaha untuk belajar kembali. Bila keperawatan yang sekarang berada pada proses profesionalisasi untuk menjadi sebuah profesi yang mandiri takut atau tidak siap dengan perubahan dan dampak yang mungkin ditimbulkannya, bagaimana profesionalisasi itu akan terjadi ? Beberapa contoh ketakutan yang mungkin dialami seseorang dalam suatu perubahan antara lain :
1. Takut karena tidak tahu
2. Takut karena kehilangan kemampuan, keterampilan atau keahlian yang terkait dengan pekerjaannya
3. Takut karena kehilangan kepercayaan / kedudukan
4. Takut karena kehilangan imbalan
5. Takut karena kehilangan penghargaan,dukungan dan perhatian orang lain.

PERENCAAN DAN PELAKSANAAN PERUBAHAN
Menurut Kron dalam Kozier (1998) untuk merencanakan dan mengimplementasikan perubahan disarankan 7 (tujuh) pertanyaan yang harus dijawab.
1. Apa ?
Apa masalah yang spesifik dan perubahan apa yang direncanakan
2. Mengapa ?
Mengapa perubahan tersebut diperlukan ? Apakah situasi yang baru akan lebih baik ? Apa yang dirubah ? Apa yang di dapat ?
3. Siapa ?
Siapa yang akan terlibat dan siapa yang menjadi sasaran / target perubahan ?
4. Bagaimana ?
Bagaimana perbahan tersebut dilaksanakan ?

5. Kapan ?
Rencanakan waktu perencanaan dan pelaksanannya
6. Dimana ?
Dimana perubahan tersebut akan dilaksanakan ?
7. Mungkinkah ?
Mungkinkah perubahan tersebut dapat dilaksanakan ? Apakah sumber-sumber yang ada mendukung atau menolak ?

STRATEGI PERUBAHAN
Ada beberapa strategi untuk memecahkan masalah-masalah dalam perubahan , strategi tersebut antara lain yaitu :
A. Strategi Persahabatan
Penekanan didasarkan pada kebersamaan dalam kelompok, dengan cara mengenal kelompok, membangun ikatan sosial, diantara anggotanya. Strategi ini cocok diterapkan pada anak buah yang membutuhkan rasa sosial yang tinggi. Model ini cocok diterapkan pada kondisi pertimbangan tinggi dan struktur rendah.
B. Strategi Politis
Hal ini identik dengan struktur kekuasaan formal dan informal. Setelah struktur ini di identifikasi , baru dilakukan beberapa upaya untuk mempengaruhi mereka yang berada pada kekuasaan. Anggapan dasar strategi ini adalah sesuatu akan dicapai bila orang-orang yang berpengaruh dalam sebuah sistem mau melakukannya.
C. Strategi Ekonomis
Tekanannya pada bagaimana mengendalikan materi. Dengan sumber daya materi, apaun dan siapapun dapat membeli / menjual. Pelibatan hal ini kedalam kelompok sering didasarkan pada pemilikan atau pengendalian sumber-sumber daya yang dapat di jual.
D. Strategi Akademis
Strategi ini menekankan pada pengetahuan dan pendalaman pengetahuan yang merupakan pengaruh primer. Anggapan dasarnya adalah logis dan rasional,objektif : bahwa keputusan yang didasarkan pada apa yang dianjurkan oleh penelitian adalah jalan terbaik untuk diikuti. Strategi ini tidak mementingkan emosi. Jika mengusulkan cara maka pemimpin dapat mencari studi penelitian yang mendukung tujuannya.
E. Strategi Teknis
Metoda ini tepat bagi orang-orang yang mengabaikan subjek-subjek dengan memperhatikan lingkungannya. Ini merupakan salah satu pendekatan sosiologis dengan anggapan dasar bahwa lingkungan disekelilingnya berubah.
F. Strategi Militer
Metode ini berdasarkan pada kekuatan fisik dan ancaman yang nyata. Posisi /kekuasaan digunakan juga dalam bentuk dan ancaman, bila keinginan pimpinan tidak dipatuhi. Ini merupakan strategi struktur tingkat tinggi.
G. Strategi Konfrontasi
Pendekatan ini menimbulkan konflik non kekerasan dan non fisik diantara orang. Dengan melakukan ini, seorang pemimpin mendesak orang untuk mendengar dan melihat apa yang terjadi selanjutnya akan terjadi perubahan. Orang sering terbagi kedalam kelompok atau geng sebagai akibat strategi ini. Bila kelompok merasa bahwa mereka tidak akan atau tidak dapat didengar dengan suatu cara, maka strategi ini sering dipilih. Pemogokan kerja adalah salah satu contohnya.

PERAWAT SEBAGAI PEMBAHARU
Menurut Oslan dalam Kozier (1991) mengatakanp perawat sebagai pembaharu harus menyadari kebutuhan sosial, berorientasi pada masyarakat dan kompeten dalam hubungan interpersonal. Pembaharu juga perlu memahami sikap dan perilakunya, bagaimana ia menjalin kerjasama dengan orang lain dan bagaimana perasaannya terhadap perubahan tersebut.
Maukseh dan Miller dalam Kozier menyebutkan karakteristik seorang pembaharu adalah :
a. Dapat mengatasi/ menaggung resiko. Hal ini berhubganagn dengan dampak yang mungkin muncul akibat perubahan.
b. Komitmen akan keberhasilan perubahan. Pembaharu harus menyadari dan menilai kefektifannya
c. Mempunyai pengetahuan yang luas tentang keperawatan termasuk hasil-hasil riset dan data-data ilmu dasar, menguasai praktik keperawatan dan mempunyai keterampilan teknik dan interpersonal.

Fungsi pembaharu sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam proses berubah, agar efektif seorang pembaharu sebaiknya:
1. Mudah ditemui oleh mereka yang terlibat dalam proses berubah
2. Dapat diercaya oleh mereka yang terlibat
3. Jujur dan tegas dalam menetapkan tujuan, perencanaan dan dalam mengatasi masalah
4. Selalu melihat tujuan dengan jelas
5. Mmenetapkan tanggung jawab dari mereka yang terlibat
6. Menjadi pendengar yang baik.

REFERENSI
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Waluyo. Agung & Asih. Yasmin. (2001). Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM. EGC. Jakarta
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati. (2000). Pengantar kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta
La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (1998). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta
…………..Manajemen Bidang Keperawatan. (2000) Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus. Jakarta
Kozier, Fundamental of Nursing. (1991) Concept, Process, and Practice,Addison Wesley,Publishing company,Inc

2 komentar: