Jumat, 12 November 2010

Nursing STIKES MW "ANASTESI LOKAL"





ANASTESI LOKAL

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunanian-"tidak, tanpa" dan aesthētos,"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. (Wikipedia, 2007)
Penggunaan anastesi lokal untuk pencegahan rasa sakit selama operasi, dimulai lebih dari 100 tahun yang lalu sewaktu Kaller (1884) seorang opthalmologist di Wina, mencatat kegunaan dari kokain suatu ester dari asam para amino benzoat (PABA), dalam menghasilkan anstesi korneal. (Rusda, 2004)
Anastesi injeksi yang pertama adalah ester lain dari PABA yaitu Procaine yang disintesa oleh Einhorn pada tahun 1905. Obat ini terbukti tidak bersifat addiksi dan jauh kurang toksik dibanding kokain. Ester-ester lain telah dibuat termasuk Benzocaine, Dibucaine, Tetracaine dan Chloroprocaine, dan semuanya terbukti sedikit toksisitasnya, tetapi kadang-kadang menunjukkan sensitisasi dan reaksi alergi. (Rusda, 2004)
Penelitian untuk anastesi lokal terus berlangsung sehingga banyak obat- obat dengan berbagai keuntungan dapat digunakan pada saat ini. Oleh sebab itu, sebagai mahasiswa kedokteran harus mempelajari bagaimana memilih jenis obat anastesi lokal yang akan digunakan dan cara penggunaannya.
B. Tujuan

Membandingkan efek farmakologik lidokain dengan dan tanpa adrenalin
yang diberikan secara topical pada mukosa mata kelinci.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Anastesi Lokal
Anestetik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara local pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Anastetik local sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen. Kebanyakan anastetik local memenuhi syarat ini. Batas keamanan harus lebar, sebaba anastetik lokal akan diserap dari tempat suntikan. Mula kerja harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anastetik local juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mkengalami perubahan. (Katzung, 1997)
1. Kimiawi
Umumnya obat anastesi local terdiri dari sebuah gugus lipofilik (biasanya sebuah cincin aromatic) yang berikatan dengan sebuah rantai perantara (umumnya termasuk suatu ester atau amida) yang terikat pada satu gugus terionisasi (biasanya suatu amin tersier). Aktivitas optimal memerlukan keseimbangan yang tepat antara gugus lipofilik dan kekuatan hidrofilik. Penambahan sifat fisik molekul, maka konfigurasi stereokimia spesifik menjadi penting, misalnya perbedaan potensi stereoisomer telah diketahui untuk beberapa senyawa. Karena ikatan ester (seperti prokain) lebih mudah terhidrolisis dari ikatan amida maka lama kerja ester biasanya lebih singkat. Anastesi local bersifat basa lemah. Untuk aplikasi terapeutik, biasanya dibuat sebagai garam agar mudah larut dan lebih stabil. Di dalam tubuh obat akan menjadi basa tanpa muatan atau sebagai kation. (Katzung, 1997)
2. Absorbsi
Absorbsi sistemik suntikan anastesi lokal dari tempat suntikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat- jaringan, adanya bahan vasokonstriktor dan sifat fisikokimia obat. Aplikasi anastesi local pada daerah yang kaya vcaskularisasinya seperti mukosa trakea menyebabkan penyerapan obat yang sangat cepat dan kadar obat dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan tempat yang perfusinya jelek seperti tendon. Untuk anatesi regional yang menghambat saraf yang besar kadar darah maksimum anastesi local menurun sesuai dengan tempat pemberian yaitu: interkostal (tertinggi) > caudal > epidural > pleksus brachialis > saraf ischiadicus (terendah). Bahan vasokontriktor seperti epinefrin mengurangi penyerapan sistemik anastesi lokal dari tempat tumpukan obat dengan mengurangi aliran darah di daerah ini. Keadaan ini menjadi nyata terhadap obat yang masa kerjanya singkat atau lemah seperti prokain, lodokain, dan mepivakain (tidak untuk prilokain). Ambilan obat oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar obat local yang tinggi dan efek toksik sistemik obat akan berkurang karena kadar obat yang masuk dalam darah hanya sepertiganya saja. Kombinasi pengurangan penyerapan sistemik dan peningkatan ambilan saraf inilah yang memungkinkan perpanjangan efek anastesi local sampai 50%. Vasokonstriktor kurang efektif dalam memperpanjang sifat anastesi obat yang mudah larut dalam lipid dan bekerja lama (bupivakain, etidokain) mungkin karena molekulnya sangat erat terikat dalam jaringan. Selain itu katekolamin mungkin mempengaruhi fungsi neuronal antara lain meningkatkan analgesia terutama pada medulla spinalis. (Katzung, 1997)
3. Ditribusi
Anastesi local amida disebar meluasa dalam tubuh setelah pemberian bolus intravena. Bukti menunjukkan bahwa penyimpanan obat mungkin terjadi dalam jaringan lemak setelah fase distribusi awal yang cepat yang mujngkin menandakan ambilan kedalam organ yang perfusinya tinggi seperti otak, hati, ginjal dan jantung, diikuti oleh fase distribusi lambat yang terjadi karena ambilan dari jaringan yang perfusinya sedang seperti otot dan usus. Karena waktu paruh plasma yang sangat singkat dari obat tipe ester, maka distribusinya tidak diketahui. (Katzung, 1997)
4. Metabolisme dan Ekskresi
Anastesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Karena anastesi lokal yang bentuknya tak bermuatan mudah berdifusi melalui lipid, maka sedikit atau tidak ada sama sekali bentuk netralnya yang diekskresikan. Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi basa tersier menjadi bentuk bermuatan yang mudah larut dalam air, sehingga mudah diekskresikan karena bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal. (Katzung, 1997)
Tipe ester anastesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah oleh butirilkolinesterase (Pseudocolinesterase). Oleh karena itu, obat ini khas sekali mempunyai waktu paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 menit untuk prokain dan kloroprokain. (Katzung, 1997)
Ikatan amida dari anastesi lokal amida dihidrolisis oleh enzim mikrosomal hati. Kecepatan metabolisme senyawa amida didalam hati ini bervariasi bagi setiap individu, perkiraan urutannya adalah prilokain (tercepat) > etidokkain > lidokain > mepivakain > bupivakain (terlambat). Akibatnya, toksisitas dari anestesi lokal tipe amida ini akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Penurunan pembersihan anestesi lokal oleh hati ini harus diantisipasi dengan menurunkan aliran darah ke hati. Sebagai contoh, pembersihan lidokain oleh hati pada binatang yang dianestesi dengan halotan lebih lambat dari pengukuran binatang yang diberi nitrogen oksida dan kurare. Penurunan pembersihan ini berhubungan dengan penurunan aliran darah ke dalam hati dan penekanan mikrosom hati karena halotan. Propanolol dapat memperpanjang waktu paruh anestesi lokal amida. (Katzung, 1997)
5. Mekanisme Kerja
Membran yang mudah terangsang dari akson saraf, mirip dengan membran otot jantung dan badan sel saraf, mempertahankan potensial transmembran sekitar -90 sampai -60 mV. Selama eksitasi, saluran natrium terbuka, dan arus natrium yang masuk cepat ke dalam sel dengan cepat mendepolarisasi membran ke arah keseimbangan potensial natrium (+40 mV). Sebagai akibat depolarisasi ini, maka saluran natrium menutup (inaktif) dan saluran kalium terbuka. Aliran kalium keluar sel merepolarisasi membran ke arah