Minggu, 26 September 2010

Makalah Komunikasi Umum STIKES MW Kendari

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang artinya memberi kabar atau mengabarkan ( to impart ), mengambil bagian ( to participate ) dan memberi dan membagikan informasi sesuatu kepada yang lain (to convey an share information about )
Komunikasi adalah suatu aksi yang sifatnya timbal balik saling memberi kabar, informasi,, tukar pikiran ( dialog, diskusi ), yang menampakan sikap , tindakan dan emosi pada manusia yang terlibat di dalamnya. Komunikasi merupakan sesuatu hal yang tidak pernah dapat dilepaskan dari setiap aspek kehidupan manusia ( tindakan, perilaku manusia ).
Komunikasi dalam bidang keperawatan adalah Proses untuk menciptakan hubungan Perawat Pasien atau dengan tenaga kesehatan lainnya, dan untuk mengenal kebutuhan Pasien serta menentukan rencana tindakan dan kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut
Perawat kesehatan mempunyai fungsi / peran sebagai pelaksana perawatan, penge lola perawatan, pendidik dan pengembang ilmu keperawatan. Dari keempat unsur fungsi yang melekat pada diri seorang perawat kesehatan dan yang secara langsung berhubungan dengan intervensi keperawatan adalah fungsi pelaksana perawatan dan pengelola perawatan Seroang perawat kesehatan dalam melakukan intervensi keperawat-an harus dilakukan secara komprehensif dan sekaligus holistik. Pada saat itulah komunika si therapeutik seyogyakanya dipergunakan pada setiap intervensi kepada pasien, interper sonal skill seorang perawat kesehatan dalam berkomunikasi menjadi suatu tuntutan yang harus dipunyai .

Hal yang harus selalu diingat oleh setiap orang perawat kesehatan adalah pasien datang ke ruma sakit mau berobat / dirawat tujuan utamanya sembuh dari penyakit yang diderita dalam waktu yang cepat. Hal yang juga harus selalu diingat bahwa seorang pernah mengucapkan sumpah / janji bahwa dalam setiap tindakan keperawatan yang dilakukan akan dilakukan secara profesional. Profesionalitas akan dapat terjadi bila seorang perawat selalu menyadari akan profesinya dan profesi akan menjadi profesionalitas bila seorang perawat selalu mampu memadukan kemampuan kognitif, afektif, psychomotor dan setiap tindakannya didasari pada perspektif dan prinsip-prinsip komunikasi therapeutik.
Berdasarkan penelitian oleh Rosenstein, 2002 ; Rosenstein dan O’Daniel 2005 yang responden adalah pesiunan administrator rumah sakit yang meliputi, dokter, perawat dan tenaga staf administrasi di berbagai negara maju, antara lain di Amerika Serikat menemukan bahwa terjadi persepsi negatif terhadap ketidak puasan dan hasil perawatan disebabkan oleh komunikasi yang tidak baik yang dilakukan oleh para dokter dan perawa tan kesehatan serta staf devisi penunjang.
Komunikasi dalam bidang keperawatan adalah Proses untuk menciptakan hubungan Perawat - Pasien atau dengan tenaga kesehatan lainnya, dan untuk mengenal kebutuhan Pasien serta menentukan rencana tindakan dan kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Komunikasi yang terjadi dalam hubungan perawat dengan klien (pasien).
C. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Dalam Keperawatan
2. Untuk mengetahui bagaimana Komunikasi Interpesonal Dalam Perawatan
3. Untuk mengetahui bagaimana Gaya KomunikasiPengertian Komunikasi Therapeutik.
4. Untuk mengetahui bagaimana Teknik Komunikasi Therapeutik
5. Untuk mengetahui bagaimana Hubungan perawat dan pasien
6. Untuk mengetahui bagaimana Hubungan perawat dan pasien dalam konteks etis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Dalam Keperawatan
Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks karena dalamnya terjadi konfigu rasi berbagai macam aspek yakni aspek personal ( kognitif, afektif dan psychomotor ), sosial ( budaya, lingkungan, norma , etika ), pemenuhan kebutuhan dan agama. Konfigurasi dari pelbagai asapek akan terwujud dalam perilaku . Perilaku merupakan per wujudan nyata dari interaksi dengan sesamanya, perilaku perupakan aktualisasi diri merupakan pengkomunikasian diri kepada orang lain.
Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komu-nikai yang yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunal / kelompok. Poter dan Ferry ( 1993 ) ,” komunikasi dalam prosesnya terjadi tiga tahapan yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan publik.”
Pada tindakan atau intervensi keperawatan umumnya berbentuk komunikasi secara interpersonal langsung dengan jenis verbal maupun non verbal. Kemampuan inter aktif, perawat kesehatan dengan pasien mempunyai karakter spesial . Dalam tindakan atau perilaku kedua belah pihak menunjukkan aspek sosial dan profesional. ( Hupcey dan More, 1997 ).
Setiap komunikasi mempunyai tujuan, untuk mencapai tujuan diperlukan suatu metode , sehingga pencapaian tujuan dapat optimal. Komunikasi interaktif perawat kese-hatan dengan pasien tujuannya adalah kesembuhan pasien dari sakit yang dideritanya. Bila harapan pasien untuk sembuh lambat dan bahkan tidak terjadi seorang perawat secara moral sering kali merasa ikut bersalah. Perasaan yang sering kali muncul dalam dii ri seorang perawat yang baik dan profesional, menunjukkan bahwa komunikasi dalam ke perawatan mempunyai kekukhususan yakni menyangkut kelangsungan kehidupan seorang manusia.
Addalati (1983), Bucaille ( 1979 ) dan Amsyari, ( 1995 ) menegaskan bahwa seo-rang perawat yang beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh, tidak peduli terhadap pa sien, seseorang ( perawat ) yang tidak care dengan orang lain ( pasaien ) adalah berdosa. Seorang perawat yang tidak menjalankan profesinya secara profesional akan merugikan orang lain / pasien, unit kerjanya dan juga dirinya sendiri.
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi therapeutik, artinya komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi kepera watan harus mampu memberikan kasiat therapi dalam proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat kesehatan harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi therapeutic agar kebutuhan, kepuasan pasien dapat dipenuhi.


B. Komunikasi Interpesonal Dalam Perawatan
Dalam publikasi dinamis Peplau tentang , Interpersonal Relation in Nursing ( 1992), telah dipresentasikan kerangka konseptual suatu proses therapeutik antara perawat dengan pasien. Dalam prestasinya Peplau mengatakan bahwa komunikasi perawat dengan pasien dipengaruhi faktor-faktor yang kompleks meliputi faktor lingkungan dan interaksi yang pernah mereka alami mulai dari orang tua, yang dilandasi pada sikap-sikap, kepercayaan, dan pengalaman hidupnya pada budaya yang ikut menanamkan value kehidupan.
Empat fase interrelasi perawat pasien yang berkatian dengan tanggung jawab dan tugas perawat kesehatan terhadap pasien adalah :
1. Orientasi ( orientation ), pada phase ini seorang perawat harus mampu menangkap bahwa pasien ingin mencari kesembuhan penyakitnya dan dia mempercayakan dirinya dirawat oleh perawat. Untuk seorang perawat harus mampu melakukan anamnese dengan baik de ngan mengaplilkasikan prisip-prinsip komunikasi therapeutik, phase orientasi sering juga disebut phase pengenalan, pendahuluan.
2. Indetifikasi ( identification ), interaksi perawat – pasien hendaknya berbasis pada kepercayaan, penerimaan, pengertian, relasi yang saling membantu. Interaksi perawat – pasien berproses seperti diharapkan bila dilakukan dengan mengetrapkan prinsip-prinsip komunikasi efektif.
3. Eksploitasi ( exploitation ), interrrelasi perawat – pasien, akan menumbuhkan pengertian pasien terhadap proses system asuhan , sehingga pasien mempu-nyai keterlibatan aktif yang muncul dari dirinya karena ingin cepat sembuh da ri sakitnya. Aspek lain pasien dapat ditimbulkan pengertian, dan kesadaran self – care, sehingga peran perawat dan pasien dalam proses keperawatan un-tuk mencapai penyembuhan terjadi dengan baik ( kolaborasi ).
4. Resolusi ( resolution ), tahap yang keempat merupakan tahap yang penting dalam intervensi keperawatan. Harapan, kebutuhan pasien dapat diketahui melalui hubungan kesetaraan perawat – pasien dengan menggunakan komuni-kasi efektif. Harapan, kebutuhan pasien merupakan data yang menjadi arah tindakan apa yang perlu dilakukan terhadap pasiennya, resolusi problem asuhan keperawatan akan jelas karena kebutuhan dan harapan pasien sudah di ketahui. Phase yang keempat ini sering kali disebut dengan phase terminasi.

C. Gaya Komunikasi
Bila kita memikirkan berkomunikasi, kita sering memimpikan dirinya sendiri sedang berbicara dengan orang lain. Kenyataannya bahwa komunikasi adalah berbicara, mendengar, berpikir, interaksi, merencana, merespon secara simultan. Berarti komunikasi adalah alat untuk mengerti perspektif personal orang lain dan menginterpretasi dan me-respon yang didasarlkan pengalaman personal.
Interaksi perawat – pasien menyaratkan semua perawat mempunyai pengertian, perhatian, minat, dan kompetensi menganalisa perilaku dan emosional terhadap konteks terhadap interaksi yang terjadi antara perawat – pasien. Gaya komunikasi perawat – pasien dipengaruhi oleh kemahiran / ketrampilan perawat menegakan hubungan, keperca yaan dan emphaty dengan menggunakan gaya mendengarkan aktif sebagai sarana yang memfasilitasi hubungan perawat - pasien dalam asuhan keperawatan.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Komunikasi Efektif : Hubunngan, Kepercayaan, Emphaty, Cara / media penyampaian pesan, Kekuatiran dan stress, Bahasa ( verbal komunikasi ), Bahasa tubuh ( noverbal komunikasi ) dan Jarak.
D. Pengertian Komunikasi Therapeutik.
Karakteristik hubungan antara perawat-klien adalah berupa perilaku, pikiran dan perasaan. Juga penting untuk membedakan antara dukungan sosial dan dukungan profesional (Hupcey & Morse, 1997). Dukungan sosial terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dari jaringan umum sosial dan hubungan yang merupakan dasar dari dimulainya hubungan saling percaya dan kesempatan melakukan kegiatan.
Ada 4 fase dalam melakukan hubungan antara perawat-klien yaitu :
1. Fase Prainteraksi
Kesiapan untuk perawat baru. Fase interaksi merupakan awal dimulainya kontak pertama dengan klien. Juga sebagai tugas awal perawat dalam mengeksplorasi diri. Berikut ini kesiapan umum yang diperlukan perawat (mahasiswa) yaitu:
• Kesadaran diri
• Hilangkan rasa ketakutan dalam merawat klien
• Cemas menyebabkan sifat yang kurang dalam penampilan
• Fokus tentang identifikasi kelebihan diri dalam merawat klien psikiatri
• Ragu-ragu akan keefektifan kemampuan atau kemampuan koping
• Takut akan bahaya fisik atau kekerasan
• Gelisah menggunakan diri secara terapeutik
• Curiga karena adanya stigma tentang klien psikiatrik berbeda dari klien lain
• Ancaman terhadap identitas peran perawat
• Ketidaknyamanan krn hilangnya kemampuan melakukan tugs fisik & penanganan
• Mudah mendapat ancaman krn penampilan emosional yg sangat menyakitkan
• Takut melukai klien secara psikologi
Tugas dari fase ini diharapkan klien mendapatkan informasi yang baik dan perawat mempunyai perencanaan untuk melakukan interaksi pertama kali dengan klien. Pengkajian perawat segera dimulai, tetapi pekerjaan yang dilakukan harus berhubungan dengan apa yang dilakukan pada klien kemudian fase kedua adalah hubungan.
2. Fase Introduksi atau Orientasi
Fase introduksi merupakan pertemuan pertama antara perawat dan klien.
Bentuk kontrak. Pada fase ini hubungan dibangun dengan saling percaya, saling mengerti, kedekatan dan komunikasi terbuka dan bentuk kontrak dengan klien.
Berikut ini elemen kontrak perawat-klien:
• nama individu
• peran perawat dan klien
• tanggung jawab perawat dan klien
• harapan perawat dan klien
• tujuan hubungan
• tentukan tempat dan waktu
• kondisi untuk terminasi
• kedekatan/tujuan (antara perawat dan klien)
Kontrak dimulai dengan introduksi perawat dan klien, nama yang disenangi, dan harapan dari peran. Yang termasuk dalam peran adalah tanggung jawab dan harapan klien dan perawat, bisa dijabarkan oleh perawat ataupun tidak. Pada tahap ini juga didiskusikan tujuan hubungan dengan memperhatikan atau fokus dengan klien dan klien menampilkan kehidupannya dan area konflik.
Kondisi terminasi harus dilakukan pengulangan dan termasuk spesifik lama waktu, tujuan yang akan dicapai atau perubahan klien terhadap penanganan.
Eksplorasi perasaan. Yang ditampilkan dari perawat dan klien adalah perbedaan tingkat ketidaknyamanan dan kecemasan pada fase introduksi. Perawat harus sadar akan ketakutan dan kecemasan dirinya, tetapi biasanya pasien sulit untuk menceritakan apa yang dirasakannya kepada orang yang menolongnya.
Tugas perawat pada hubungan fase orientasi adalah;
• mengeksplorasi persepsi , pikiran, perasaan dan tindakan klien
• mengidentifikasi masalah klien yang paling berhubungan
• mendefenisikan mutual, spesifik tujuan dengan klien
Perawat harus fleksibel dalam mengantisipasi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk fase orientasi, biasanya klien harus tahu serius dan tidak penyakit mentalnya. Perubahan staf akan memberikan perubahan perkembangan kemampuan klien dalam hubungan terapeutik dan menampilkan juga jumlah perencanaan tindakan keperawatan yang akan diberikan.


3. Fase Kerja
Harus kerja yang terapeutik agar dapat dilakukan fase kerja. Perawat dan klien mengeksplorasi stressor dan meningkatkan wawasan perkembangan dari klien dengan menyamakan persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan. Wawasan diharuskan untuk mengartikan tindakan yang terjadi dan perubahan perilaku. Ini dapat diintegrasikan dengan penampilan kehidupan individu. Perawat membantu klien untuk dapat menurunkan kecemasan, meningkatkan ketergantungan dan tanggung jawab diri dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Fokus pada fase ini adalah perubahan perilaku secara aktual.
Klien menampilkan perilaku yang resisiten selama fase ini sebab bagian ini merupakan proses penyelesaian masalah. Perkembangan hubungan, dimulai dengan menanyakan perasaan klien, mengembangkan kemampuan dan mencarikan jalan keluar demi klien.
4. Fase Terminasi
Terminasi merupakan hal yang sangat sulit tetapi penting pada fase ini karena merupakan hubungan terapeutik klien dan perawat. Selama fase terminasi, belajar untuk meningkatkan kemampuan klien dan perawat. Setiap waktu perubahan perasaan dan memori dan evaluasi secara menyeluruh sesuai dengan kemajuan dan tujuan yang dicapai klien. Kriteria kerelaan klien untuk terminasi adalah:
• klien dapat mengekspresikan keyataan dari masalah yang dihadapi
• klien dapat meningkatkan fungsinya
• klien dapat meningkatkan harga diri dan mengidentifikasi kekuatan yang dirasakan
• klien menggunakan respons koping yang adaptif
• klien mengikuti hasil akhir tujuan penanganan yg akan dicapai
• memperbaiaki hubungan perawat dan klien dengan tidak terjadi masalah
Reaksi terminasi. Saat terminasi klien akan mengekspresikan marah dan ketidaksukaan, lainnya berlebihan perilaku dan ucapan atau penampilan yang lambat, pesan yang disampaikan atau perkataan yang seadanya. Juga klien saat terminasi menampilkan rejek, penghargaan negatif terhadap konsep diri.
Perawat harus sadar akan kemungkinan reaksi yang terjadi dan mendiskusikan dengan klien tentang kondisi yang akan terjadi. Beberapa klien, terminasi merupakan penampilan terapeutik yang sangat kritis karena hubungan sebelumnya baik dan terminasi menjadi negatif dan akan timbul perasaan tidak ingin ditinggal, rejek, takut dan marah.
Berikut ini ringkasan proses hubungan perawat dan pasien adalah :



E. Teknik Komunikasi Therapeutik
Komunikasi therapeutik dasar dari hubungan interaktif, yang dilandasi oleh frame
of reference dan field of experience dari kedua belah yang terlibat dalam proses komuni-kasi ( perawat – pasien ). Bobot / mutu interaksi dan kemampuan meningkatkan komuni kasi therpeutik dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi sikap perawat, kemampuan perawat mengerti dan memahami perilaku yang berkaiatan dengan kontek sosial, adanya sifat terbuka untuk mendengar dan merespon secara empahti terhadap pasaien dan juga keluarganya maupun tema-teman kolega.
Komunikasi therapeutik hendaknya dapat menjadi salah satu sarana menyembuh-kan atau mempercepat kesembuhan pasien, ruang linngkup yang terlibat dalamnya bukan hanya interaksi perawat – pasien saja tetapi meliputi staff keperawatan, keluarga dan stakeholder.
Teknik komunikasi therapeutik adalah :

• Mendengar secara aktif
• Ketegasan
• Kejelasan
• Mengatasi Konflik
• Terjadi Kontak Langsung
• Terfokus
• Saling Memberikan Infomasi
• Adanya Humor
• Negosiasi
• Menanyakan Sesuatu
• Melakukan Refleksi
• Berani membuka diri secara tuilus
• Keheningan
• Ucapan dan yang ada dalam hati sama
• Menyimpulkan


F. Hubungan perawat dan pasien

Perawat sebagai salah satu tenaga kepewaratan, dalam menjalin hubungan dengan pasien merupakan yang pertama dan terlama. Dengan demikian mutlak membutuhkan kemampuan berkomunikasi interpersonal dalam membina hubungan tersebut.
Dalam menjalankan fungsi dan perannya adalah sebagai berikut: sebagai pemberi pelayanan, pendidikan, pengelola,dan peneliti. Sebagai seorang yang professional berada dalam posisi yang menentukan untuk melindungi hak-hak pasien untuk mendapatkan:
 Pelayanan asuhan keperawatan yang aman dan bermutu.
 Informasi yang diperlukan keluasan pribadi (privacy).
 Menolak terapi/ perawatan.
 Dan kerahasiaan akan keberadaan data diri pasien.

Semua ini dapat dilakukan perawat jika perawat mempunyai kemampuan berkomunikasi interpersonal yang memadai. Dalam memberikan asuhan keparawatan kepada pasien, perawat juga harus selalu menjaga kaedah- kaedah atas mutu asuhan kepaerawatan, mengingat tuntutan pasien tidak hanya sekedar sembuh, dan murahnya tariff jasa pelayanan keperawatan, tetapi lebih dari itu pasien mengharapkan pelayanan asuhan keperawatan yang professional.

G. Hubungan perawat dan pasien dalam konteks etis
Seorang pasien dalam situasi menjadi pasien mempunyai tujuan tertentu. Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga mempunyai tujuan tertentu. Kondisi yang dihadapi pasien merupakan penentu peran perawat terhadap pasien ( Husted dan Husted, 1990 ).
Untuk menjelaskan peran perawat secara umum dapat digunakan kerangka yang mengacu pada pandangan dasar Helldegard .E Pepley, tentang hubungan perawat dan pasien dalam asuhan keperawatan, merupakan rasa percaya, pengukuran pemecahan masalah ( Problem Solving ), dan kolaborasi.
Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat berperan Sebagai konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya. Perawat juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien dalam ungkapan perasaan-perasaannya.
Fokus utama dari perhatian etis dalam keputusan tindakan asuhan keperawatan seharusnya adalah kesejahteraan individu, dan walaupun pasien mempunyai peran integral dan bahan peran sentral dalam pengambilan keputusan, maka pasien tidak lagi mempunyai hak untuk memaksa perawat, sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Bila perbedaan antara perawat dan pasien tidak dapat di selesaikan, maka pelaksana asuhan keperawatan harus menarik diri dari pelaksana asuhan keperawatan dan merujuknya kepada seseorang yang sistim valuenya sesuai dengan keinginan pasien. Dan bila tidak ada juga, pasien mungkin harus mempertimbangkan kembali keputusannya atau dapat menarik diri dari asuhan keperawatan
Berdasarkan peran dan fungsi perawat, perawat menerima tugas secara pribadi untuk memenuhi kebutuhan asuhan kepaearawat dari pasien. Bagaimanapun perawat tidak mempunyai kewajiban khusus untuk mencoba mengisi semua (atau beberapa) keinginan asuhan keperawatan dari individu, meskipun perawat dapat melakukannnya tetapi tidak ada kewajiban moral secara khusus untuk melakukannya.
Terlebih lagi perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan, tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan pasien yang diluar bidang keahliannya, dan mempunyai hak untuk mengakhiri tindakan asuhan keperawatan yang diluar batas kemampuannya.
Oleh sebab itu, hubungan parawat dan pasien sebenarnya merupakan keputusan– keputusan yang dibuat besdasarkan kesepakatan bersama sebagai pencerminan suatu penghargaan terhadap value dari kedua belah pihak. Disamping itu dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien , perawat juga mempunyai hubungan dengan dokter dalam peran dependen (tergantung) mengingat dalam melaksanakan asuhan keperawatan didalamnya terdapat program kesehatan dimana pertanggung jawaban dipegang oleh dokter, disamping peran kolaborasi (interdependen) yang dilaksanakan dalam mengatasi permasalahan secara team work dengan tim kesehatan lain.
Untuk membuat keputusan terdapat permasalahan etika keperawatan secara tepat, maka perawat perlu mengetahui dan memahami konsep dasar etika keperawatan. Berbagai permasalahan etika dapat terjadi dalam tatannan tindakan asuhan keperawatan, dimana terjadi intervensi antara pasien dengan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kamatian.
Upaya menjaga keselamatan pasien yang bertentangan dengan berbagai sector lain, dan penerapan asuhan keperawatan yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalahan kesehatan pasien. Dalam membuat keputusan terhadap dua masalah yang dihadapi, perawat dituntut untuk dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan dirinya, yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diyakini oleh pasien.



BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Pada dasaranya hubungan antara perawat dan pasien berdasarkan pada sifat alamiah perawat dan pasien. Dalam interaksi perawat dan pasien, peran yang dimiliki masing–masing membentuk suatu kesepakatan atau persetujuan dimana pasien pempunyai peran dan hak sebagai pasien dan perawat dapam melaksanakan asuhan keparawatan mempunyai peran mempunyai peran dan hak sebagai perawat.
Dakam konteks hubungan perawat dan pasien, maka setiap hubungan harus didahului dengan kontrak dan kesepakatan bersama, dimana pasien mempunyai peran sebagai pasien dan perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Komunikasi therapeutik merupakan hal yang sentral dalam asuhan keperawatan.
Komuikasi therapeutik adalah landasan interaksi perawat – pasien dan dapat menjadikan kesempatan yang baik untuk menumbuhkan kepercayaan, dalam melakukan anamenese merupakan sarana mengumpulkan data pasien sesuai yang dibutuhkan , dapat menumbuh-kan kolaborasi pasien dengan tenaga penunjang keperawatan lain, dapat mem permudah diagnosa dan memperlancara intervensi yang seyogyanya dilakukan oleh seorang perawat kesehatan.
Komunikasi therapeutik menjadi suatu keharusan untuk difahami dan diimplemen tasikan oleh seorang perawat dalam melakukan tindakan kepada pasien. Profesionalitas seorang perawat kesehatan akan dapat diwujudkan dengan kemampuan seorang perawat kesehatan mengkomunikan kapabelitas kognitif, afektif dan psychomotor menjadi suatu konfigurasi integral dalam memenuhi espektasi klienya, dengan memaknai komunikasi dirinya dengan nilai-nilai therapetik. Secara holistik kepada klien / pasien.

Daftar Pustaka
• http://www.stikescharitas.com/index.php?option=com_content&task=view&id=27&Itemid=57
• http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=88
• http://inna-ppni.or.id/html/index.php?name=News&file=article&sid=122
• Mundakir,2006. Komunikasi Keperawatan. Graha Ilmu: Yogyakarta.