Sabtu, 26 Juni 2010

Anatomi Fisiologi Sistem Penginderaan

ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM PENGINDERAAN

PENGLIHATAN

• Mata : struktur sferis berisi cairan yg dibungkus oleh 3 lapisan, urutan dari paling luar ke paling dalam.
• Sklera : yang membentuk bagian putih mata.
• Kornea : ke arah depan , lapisan luar adalah kornea, transparan tempat lewatnya berkas cahaya ke interior mata.

LAPISAN MATA :

• Koroid : lapisan tengah di bawah sclera, yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh darah untuk memberi makan retina
• Lapisan Koroid di sebelah anterior mengalami spesialisasi untuk membentuk badan ( korpus ) siliaris dan iris
• Retina : lapisan paling dalam di bawah koroid , terdiri dari lapisan pigmen di luar dan lapisan jaringan saraf di dalam . Retina mengandung sel batang dan sel kerucut ,fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf.
• Bagian dalam mata terdiri dari dua rongga berisi cairan yg dipisahkan oleh sebuah lensa, jernih agar cahaya bisa menembus kornea ke retina.
Gambar Struktur Bola Mata :

RONGGA MATA

• Anterior ( depan ) antara kornea dan lensa, cairan encer jernih, disebut aqueous humor,
• Di posterior ( belakang ) antara lensa dan retina, cairan seperti gel disebut vitreous humor.
• Aqueous humor mengandung zat gizi untuk kornea dan lensa, vitreous humor, untuk memprtahankan bentuk bola mata yg sferis.
• Aquaeous humor dibentuk oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris.

MATA

Gambar Reseptor Mata :
Gambar Rongga pada Mata :

• Struktur yang penting dalam kemampuan refraksi ( pembelokan berkas cahaya ) adalah Kornea dan Lensa.
• Lensa mempunyai kemampuan untuk memfokuskan sinar jauh maupun dekat agar tepat jatuh di retina yg disebut akomodasi, yg diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris memiliki dua komponen utama : otot siliaris dan jaringan kapiler yang menghasilkan aqueous humor. Otot siliaris , otot polos yg melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.



FOTORESEPTOR
Ada tiga bagian:

1. Segmen luar ,menghadap ke koroid mendeteksi rangsang cahaya. Rodopsin , fotopigmen sel batang tidak dapat membedakan panjang gelombang sehingga memberi gambaran abu-abu. Fotopigmen di sel kerucut merah, hijau dan biru, sehingga penglihatan warna bisa terjadi.
2. Sebuah segmen dalam, terletak di pertengahan panjang gelombang mengandung perangkat metabolic sel
3. Sebuah terminal sinaps, paling dekat dengan interior mata ,menghadap neuron bipolar dan menyalurkan sinyal.

ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

TELINGA DIBAGI MENJADI 3 BAGIAN
• TELINGA LUAR
• TELINGA TENGAH
• TELINGA DALAM

TELINGA LUAR
TERDIRI DARI
• AURIKEL (PINNA)
TERBUAT DARI KARTILAGO YANG DIBUNGKUS OLEH KULIT
• SALURAN (CANAL)
TEROWONGAN YANG MASUK KE DALAM TULANG TEMPORAL
• TERDAPAT KELENJAR CERUMEN (YG BERFUNGSI UNTUK MENJAGA GENDANG TELINGA LENTUR DAN MENANGKAP DEBU)

TELINGA TENGAH

• TERDAPAT RONGGA UDARA DALAM TULANG TEMPORAL
• GENDANG TELINGA, BERGETAR SAAT ADANYA GELOMBANG UDARA
• GELOMBANG UDARA DISALURKAN MELALUI 3 TULANG AUDITORY; MALLEUS, INCUS, STAPES. STAPES MEYALURKAN TRANSMISI GETAR KE TELINGA DALAM YANG BERISI CAIRAN PADA OVAL WINDOW
• TUBA EUSTACHIAN ATAU SALURAN AUDITORY MRP SAMBUNGAN DARI TELINGA TENGAH KE NASOPHARING

TELINGA DALAM

• TELINGA DALAM MRP RONGGA DI DALAM TULANG TEMPORAL DIKENAL DENGAN TULANG LABIRINT.
• CAIRAN ANTARA TULANG DAN MEMBRAN DISEBUT CAIRAN PERILIMPH DAN YANG TERDAPAT DI DALAM MEMBRAN DISEBUT CAIRAN ENDOLIMPH
• STRUKTUR MEMBRAN DISEBUT COCHLEA YANG BERKAITAN DENGAN PENDENGARAN DAN UTRICLE, SACCULE, SEMI CIRCURAL CANAL BERKAITAN DENGAN KESEIMBANGAN
• TELINGA DALAM
• COCHLEA BERBENTUK SEPERTI RUMAH SIPUT YANG TERDIRI DARI 3 SALURAN.
• SALURAN TENGAH BERISI ORGAN RESEPTR UNTUK PENDENGARAN YAITU ORGAN CORTI (ORGAN SPIRAL) RESEPTOR INI DIKENAL SEBAGAI SEL RAMBUT YANG BERISI AKHIR SARAF KRANIAL 8.
• PROSES PENDENGARAN
• PROSES PENDENGARAN MELIPUTI TRANSMISI GETAR DAN IMPULS SARAF, KETIKA GEL.SUARA MASUK KE SALURAN TELINGA, GETARAN DISAMPAIKAN MELALUI: GENDANG TELINGA, MELLEU, INCUS, STAPES, OVAL WINDOW, PERILIMPH, ENDOLIMPH DALAM COCHLEA DAN SEL RAMBUT DARI ORGAN CORTI
• DARI SEL RAMBUT DIHASILKAN IMPULS YANG DIBAWA OLEH SARAF VIII KE OTAK.
• AREA AUDITORY UNTUK PENDENGARAN DAN INTERPRETASI ADA DI LOBUS EMPORAL CORTEX SEREBRI.
• KESEIMBANGAN
• UTRICLE DAN SACCULE MRP MEMBRAN ANTARA COCHLEA DAN SEMICIRCULAR CANAL, YG BERISI SEL RAMBUT YANG MENEMPEL PADA STRUKTUR GELATIN TDD: OTOLITH DAN KRISTAL CALCIUM KARBONAT
• SEL RAMBUT BENGKOK SBG RESPON THD PENARIKAN GRAVITASI PADA OTOLITH SBG AKIBAT DARI PERUBAHAN POSISI KEPALA
• IMPULS DIHASILKAN DAN DIBAWA OLEH CABANG VESTIBULAR SARAF CRANIAL VIII KE CEREBELLUM, OTAK TENGAH DAN LOBUS TEMPORAL CEREBRUM
• CEREBELLUM DAN OTAK TENGAH MENGGUNAKAN INFORMASI INI UNTUK MENJAGA KESEIMBANGAN

STRUKTUR TELINGA

• Telinga luar dan tengah, menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energi suara.
• Telinga dalam berisi dua system sensorik yang berbeda : kohlea mengandung reseptor yg mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf sehingga kita bisa mendengar dan apparatus vestibularis, yg penting untuk sensasi keseimbangan.

• Telinga luar dan tengah mengubah gelombang suara dari hantaran udara menjadi getaran cairan di telinga dalam.
• Telinga luar :
1. Pina
2. Meatus auditorius eksternus
3. Membran timpani

• Pina :
Suatu lempeng tulang rawan yg dibungkus kulit, mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga bagian dalam.

• Meatus auditorius eksternus :
Merupakan saluran yg dijaga oleh rambut2 rambut halus. Kulit yg melapisi saluran telinga mengandung kelenjar keringat yg menghasilkan serumen.

• Membran timpani :
Membran tipis yg teregang menutupi pintu masuk ketelinga tengah

• Tuba eustachii :
Yang menghubungkan telinga tengah ke faring. Dalam keadan tertutup, tapi dapat dibuat terbuka, bila mengunyah, menguap atau menelan.

• Telinga tengah :
Memindahkan getaran dari membrane timpani ke cairan telinga dalam. Pemindahan lebih mudah krn ada tulang maleus, incus dan stapes.Maleus melekat ke membran timpani, dan stapes melekat ke jendela oval.

PENGECAPAN DAN PENGHIDU

• Pada mata fotoreseptor dan telinga mekanoreseptor, reseptor untuk pengecapan dan penghidu adalah kemoreseptor yang akan menghasilkan sinyal saraf bila berikatan dengan zat kimia tertentu.

INDERA PENGECAPAN
( GUSTASI )

• Kemoreseptor untuk sensasi pengecapan terkemas dalam papil-papil pengecap ( taste buds ) yang dalam rongga mulut dan tenggorokan ,persentasi terbesar berada di permukaan atas lidah.

• Setiap papil pengecap terdiri dari 50 sel reseptor yg terkemas dengan sel penunjang. Setiap papil memiliki sebuah lubang kecil , pori-pori pengecap, tempat berkontaknya cairan dalam mulut dengan permukaan sel reseptor.

• Sel-sel reseptor pengecapan adalah sel epitel termodifikasi dengan banyak lipatan permukaan, atau mikrovili yang menonjol melalui pori-pori pengecap, untuk meningkatkan luas permukaan sel yang terpajan.

• Sel-sel papil pengecap ,karena sering terpajan zat-zat kimia sehingga memiliki masa hidup 10 hari.

• Ujung-ujung terminal aferen beberapa saraf cranial bersinap dengan papil-papil pengecap . Sinap ini dikirimkan melalui perhentian-perhentian sinap di batang otak dan thalamus ke daerah gustatorik kortek di lobus parietalis yg dekat dengan daerah lidah kortek somatosensorik.

• Jalur gustatorik sebagian besar tidak menyilang. Batang otak juga memproyeksikan serat saraf ke hipotalamus dan system limbic.

• Empat rasa utama asin, masam, manis dan pahit.
LIDAH

• Mukosa olfaktorius, yang terletak di langit-langit rongga hidung, mengandung tiga jenis sel : reseptor olfaktorius, sel penunjang dan sel basal.

• Sel penunjang mengeluarkan mucus

• Sel-sel basal, prekusor untuk sel-sel reseptor olfaktorius yang baru, yang diganti setiap 2 bulan

• Reseptor olfaktorius merupakan ujung-ujung neuron aferen khusus, bukan sel tersendiri. Neuron keseluruhan, termasuk akson aferen yang menuju otak diganti. Sel-sel ini merupakan satu-satunya sel yang mengalami pembelahan sel. Akson-akson sel reseptor secara kolektif membnetuk saraf olfaktorius.


• Bagian reseptor dari sel reseptor olfaktorius terdiri dari sebuah kepala yang menggembung dan berisi beberapa silia panjang yang meluas ke permukaan mukosa. Silia ini mengandung tempat pengikatan untuk melekatnya berbagai molekul odoferosa ( pembentuk bau ).

• Agar dapat dibaui bahan harus : mudah menjadi gas dan mudah larut air sehingga dapat larut ke dalam lapisan mucus.

• Serat-serat aferen berjalan melalui lubang-lubang halus di lempeng tulang datar yang memisahkan mukosa olfaktorius dari jaringan otak di atasnya. Serat-saerat saraf tersebut segera bersinap di bulbus olfaktorius.

• Serat saraf yang keluar dari bulbus olfaktorius berjalan melalui dua rute

o Rute subkortikal yang terutama menuju sistem limbik, khususnya media lobus temporalis (kortek olfaktorius primer), dianggap satu-satunya jalur penghidu.

Gangguan Sel Darah Putih

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan sel darah putih dapat mengenai setiap lapisan sel atau semua lapisan sel dan umumnya disertai gangguan pembentukan atau penghancuran dini.
Leukositosis menunjukkan peningkatan leukosit yang umumnya melebihi 10.000/mm3. Granulositosis menunjukkan peningkatan granulosit, tetapi sering digunakan hanya untuk menyatakan peningkatan neutrofil; jadi sebenarnya, neutrofilia merupakan istilah yang lebih tepat. Leukosit meningkat sebagai respons fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme. Terhadap respons infeksi atau radang akut, neutrofil meninggalkan kelompok marginal dan memasuki daerah infeksi; sumsum tulang melepaskan sumber cadangannya dan menimbulkan peningkatan granulopoiesis. Karena permin¬taan yang meningkat ini, bentuk neutrofil limatur, yaitu yang dinamakan neutrofil batang, yang memasuki sirkulasi meningkat, proses ini dinamakan “pergeseran ke kiri” (lihat Gambar Berwarna 19). Bila infeksinya mereda, maka neutrofil berkurang dan monosit meningkat (monositosis). Pada resolusi yang progresif, monosit berkurang dan terjadi limfositosis (limfosit bertambah) ringan, serta eosinofifia (eosinofil bertambah). Reaksi leukemoid menyatakan keadaan leukosit yang meningkat disertai peningkatan bentuk imatur yang mencapai 100.000/MM3. Ini akibat respons terhadap infeksi, toksik, dan peradangan serta terjadi juga pada keganasan, terutama payudara, ginjal, paru, dan karsinoma metastatik (Beck, 1991). Gangguan dengan terjadinya peningkatan umum dalam sel-sel pembentuk darah dinamakan gangguan mielo¬proliferatif.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan Definisi dari Netrofilia?
2. Jelaskan Sifat pertahanan netrofil dan makrofag terhadap infeksi?
3. Bagaimana fagositosis yang dilakukan oleh netrofil?
4. Bagaimana peran netrofil dan makrofag pada peradangan?
5. Bagaimana respon netrofil dan makrofag selama peradangan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan definisi dari netrofil.
2. Agar dapat menjelaskan tentang sifat pertahanan netrofil dan makrofag terhadap infeksi.
3. Untuk memahami fagositosis yang dilakukan oleh netrofil.
4. Untuk memahami peran netrofil dan makrofag pada peradangan.
5. Untuk mengetahui respon netrofil dan makrofag selama peradangan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Neutrofilia
Neutrofilia juga terjadi sesudah keadaan stres, seperti kerja fisik berat atau penyuntikan epinefrin. Ini adalah “pseudoleukositosis” karena granulopoiesis dalam sumsum tulang tidak ditambah dan jumlah granulosit dalam tubuh sebenarnya tidak meningkat. Granulosit dilepaskan dan kelompok marginal sehingga jumlah granulosit yang dapat ditarik ke dalam alat penentuan sampel bertambah. Pengobatan dengan kortikosteroid juga mengakibatkan pseudoleukositosis. Kortikoste¬roid diduga meningkatkan pelepasan granulosit dari cadangan sumsum serta menghalangi marginasi ranulosit, yang mengakibatkan leukosit dalam sirkulasi bertambah. Eosinofilia terjadi pada gangguan kulit seperti mikosis fungoides dan eksema; keadaan alergi seperti asma dan hay fever; reaksi obat dan infestasi parasit. Eosinofilia juga ditemukan pada keganasan dan gangguan mieloproliferatif, seperti ada basofilia.
Monositosis ditemukan pada fase penyembuhan infeksi dan pada penyakit granuloma kronik seperti tuberkulosis dan sarkoidosis. Limfositosis menunjukkan
jumlah limfosit yang meningkat. Limfosit yang , diaktifkan oleh rangsang virus atau antigen diubah bentuknya menjadi limfosit atipik yang lebih besar. Sel-sel ini terdapat dalam jumlah besar pada mononukleosis infeksiosa, hepatitis infeksiosa, toksoplasmosis, campak, parotitis, beberapa reaksi alergi (misal, serum sickness, sensitivitas obat), dan limfoma maligna (Schrier, 1979). Selain limfositosis, pasien ini sering menunjukkan pembesaran hati, lien, dan kelenjar getah bening, yang semuanya merupakan tempat pembentukan limfosit.
Leukopenia menunjukkan jumlah leukosit yang menurun, dan neutropenia menunjukkan penurunan jumlah absolut neutrofil. Karena peran neutrofil pada pertahanan pejamu, maka jumlah neutrofil absolut yang kurang dari 1000/mm3 merupakan predisposisi terkena infeksi; jumlah di bawah 500 /mm3 merupakan predisposisi terhadap infeksi yang mengancam kehidupan yang sangat berbahaya. Neutropenia dapat disebabkan oleh pembentukan neutrofil yang tidak efektif dan gangguan pembentukan neutrofil, yang ditemukan pada anemia hipoplastik atau aplastik yang disebabkan oleh obat sitotoksik, zat-zat toksik, dan infeksi virus; kelaparan; dan penggantian sumsum tulang normal oleh sel-sel ganas, seperti pada leukemia.
Agranulositosis adalah keadaan yang sangat serius yang ditandai dengan jumlah leukosit yang sangat rendah dan tidak adanya neutrofil. Agen penyebab umumnya adalah obat yang mengganggu pemben¬tukan sel atau meningkatkan penghancuran sel. Obat-¬obat yang sering dikaitkan adalah agen-agen kemo¬terapi mielosupresif (menekan surnsurn tulang) yang digunakan pada pengobatan keganasan hematologi dan keganasan lainnya. Obat yang makin banyak dan sering digunakan seperti analgetik, antibiotika, dan anuhistamin, diketahui mampu menyebabkan neutro¬penia atau agranulositosis berat. Respons terhadap obat-obat ini berkaitan dengan dosis atau reaksi idiosinkrasi.
Perubahan kromosom rekuren terjadi pada lebih dari separuh kasus leukemia, dan terjadi hanya pada sel hematopoietik ganas (Bloomfield, Caligiuri, 2001).
Gejala agranulositosis yang sering dijumpai adalah infeksi, rasa malaise umum (rasa tidak enak, kele¬mahan, pusing, dan sakit otot) diikuti oleh terjadinya tukak pada membran mukosa, demam, dan takikardia. Jika agranulositosis tidak diobati, dapat terjadi sepsis dan kematian. Menghilangkan agen penyebab sering menghambat dan menyembuhkan proses tersebut disertai peningkatan pembentukan neutrofil dan unsur-unsur sumsum normal lainnya.
B. Sifat Pertahanan Netrofil dan Makrofag Terhadap Infeksi
Ternyata, netrofil dan makrofag jaringan yang terutama menyerang dan menghancurkan bakteri, virus, dan agen¬-agen merugikan lain yang menyerbu masuk ke dalam tubuh. Netrofil adalah sel matang yang dapat menyerang dan menghancurkan bakteri, bahkan di dalam darah sirkulasi. Sebaliknya, makrofag jaringan memulai hidup seba¬gai monosit darah, yang merupakan sel imatur walaupun tetap berada di dalam darah dan memiliki sedikit kemam¬puan untuk melawan agen-agen infeksius pada saat itu. Namun, begitu makrofag masuk ke dalam jaringan, sel-¬sel ini mulai membengkak kadang-kadang diameternya membesar hingga lima kali lipat—sampai sebesar 60 hingga 80 mikrometer, suatu ukuran yang hampir dapat dilihat dengan mata telanjang. Sel-sel ini sekarang dise-but makrofag, dan mempunyai kemampuan hebat untuk memberantas agen-agen penyakit di dalam jaringan.
Sel Darah Putih Memasuki Ruang Jaringan de¬ngan Cara Diapedesis. Netrofil dan monosit dapat terperas melalui pori-pori kapiler darah dengan cara diapedesis. Jadi, walaupun sebuah pori ukurannya jauh lebih kecil daripada sel, pada suatu ketika sebagian ke¬cil sel tersebut meluncur melewati pori-pori; bagian yang meluncur tersebut untuk sesaat terkonstriksi sesuai dengan ukuran pori, seperti yang terlihat pada Gambar 33-2.
Sel Darah Putih Bergerak Melewati Ruang Jaring¬an dengan Gerakan Ameboid. Netrofil dan makro¬fag dapat bergerak melalui jaringan dengan gerakan ame¬boid seperti yang dijelaskan di Bab 2. Beberapa sel dapat bergerak dengan kecepatan 40 /menit, sepanjang ukuran tubuhnya sendiri setiap menit.
Sel Darah Putih Tertarik ke Daerah Jaringan yang Meradang dengan Cara Kemotaksis. Banyak je¬nis zat kimia dalam jaringan dapat menyebabkan netrofi I dan makrofag bergerak menuju sumber zat kimia. Fenomena ini, seperti yang tampak pada Gambar 33-2, dikenal sebagai kemotaksis. Bila suatu jaringan mengalami pe¬radangan, sedikitnya terbentuk selusin produk yang dapat menyebabkan kemotaksis ke arah area yang mengalami peradangan. Zat-zat ini adalah (1) beberapa toksin bakteri atau virus, (2) produk degeneratif dari jaringan yang me¬radang itu sendiri, (3) beberapa produk reaksi “kompleks komplemen” (dibicarakan di Bab 34) yang diaktifkan di jaringan yang meradang, dan (4) beberapa produk reaksi yang disebabkan oleh pembekuan plasma di area yang me-radang, dan juga zat-zat lainnya.
Seperti yang terlihat pada Gambar 33-2, proses ke¬motaksis bergantung pada perbedaan konsentrasi zat-zat kemotaktik. Pada daerah dekat sumber, konsentrasi zat-¬zat ini paling tinggi, dan menyebabkan gerakan sel darah putih yang terarah. Kemotaksis efektif sampai jarak 100 mikrometer dari jaringan yang meradang. Karena hampir tidak ada area jaringan yang jauhnya lebih dari 50 mikro¬meter dari kapiler, maka sinyal kemotaktik dapat dengan mudah memindahkan sekelompok sel darah putih dari ka¬piler ke daerah yang meradang.
C. Fagositosis
Fungsi netrofil dan makrofag yang terpenting adalah fa¬gositosis, yang berarti pencernaan seluler terhadap agen yang mengganggu. Sel fagosit harus memilih bahan-ba¬han yang akan difagositosis; kalau tidak demikian, sel normal dan struktur tubuh akan dicerna pula. Terjadinya fagositosis terutama bergantung pada tiga prosedur selek¬tif berikut.
Pertama, sebagian besar struktur alami dalam jaringan memiliki permukaan halus, yang dapat menahan fagosito¬sis. Tetapi jika permukaannya kasar, maka kecenderungan fagositosis akan meningkat.
Kedua, sebagian besar bahan alami tubuh mempunyai selubung protein pelindung yang menolak fagositosis. Se¬baliknya, sebagian besar jaringan mati dan partikel asing tidak mempunyai selubung pelindung, sehingga jaringan atau partikel tersebut menjadi subjek untuk difagositosis.
Ketiga, sistem imun tubuh (dijelaskan dengan rinci di Bab 34) membentuk antibodi untuk melawan agen in¬feksius seperti bakteri. Antibodi kemudian melekat pada membran bakteri dan dengan demikian membuat bakte¬ri menjadi rentan khususnya terhadap fagositosis. Untuk melakukan hal ini, molekul antibodi juga bergabung de¬ngan produk C3 dari kaskade komplemen, yang merupa¬kan bagian tambahan sistem imun yang akan dibicarakan di Bab 34. Molekul C3 kemudian melekatkan diri pada reseptor di atas membran sel fagosit, dengan demikian memicu fagositosis. Proses seleksi dan fagositosis ini di¬sebut opsonisasi.
Fagositosis oleh Netrofil. Netrofil sewaktu memasuki jaringan sudah merupakan sel-sel matur yang dapat sege¬ra memulai fagositosis. Sewaktu mendekati suatu partikel untuk difagositosis, mula-mula netrofil melekatkan diri pada partikel kemudian menonjolkan pseudopodia ke semua jurusan di sekeliling partikel. Pseudopodia bertemu satu sama lain pada sisi yang berlawanan dan bergabung. Hal ini menciptakan ruangan tertutup yang berisi partikel yang sudah difagositosis. Kemudian ruangan ini berinva¬ginasi ke dalam rongga sitoplasma dan melepaskan diri dari membran sel bagian luar untuk membentuk gelem¬bung fagositik yang mengapung dengan bebas (juga di¬sebut fagosom) di dalam sitoplasma. Sebuah sel netrofi I biasanya dapat memfagositosis 3 sampai 20 bakteri sebe¬turn sel netrofil itu sendiri menjadi inaktif dan mati.
Fagositosis oleh Makrofag. Makrofag merupakan produk tahap akhir monosit yang memasuki jaringan dari dalam darah. Bila makrofag diaktifkan oleh sistem imun seperti yang dijelaskan di Bab 34, makrofag merupakan sel fagosit yang jauh lebih kuat daripada netrofil, sering kali mampu memfagositosis sampai 100 bakteri. Makro¬fag juga mempunyai kemampuan untuk menelan partikel yang jauh lebih besar, bahkan sel darah merah utuh, atau, kadang-kadang, parasit malaria, sedangkan netrofil tidak mampu memfagositosis partikel yang jauh lebih besar dari bakteri. Makrofag setelah memakan partikel, juga dapat mengeluarkan produk residu dan sering kali dapat bertahan hidup serta berfungsi sampai berbulan-bulan kemudian.
Setelah Difagositosis, Sebagian Besar Partikel Dicerna oleh Enzim Intraseluler. Segera setelah partikel asing difagositosis, lisosom dan granula sitoplasmik lainnya segera datang untuk bersentuhan dengan gelembung fagositik, dan membrannya bergabung dengan membran pada gelembung, selanjutnya mengeluarkan ba¬nyak enzim pencernaan dan bahan bakteri sidal ke dalam gelembung. Jadi, gelembung fagositik sekarang menjadi gelembung pencerna, dan segera dimulailah proses pencernaan partikel yang sudah difagositosis.
Netrofil dan makrofag, keduanya mempunyai sejum¬lah besar lisosom yang berisi enzim proteolitik yang khu¬sus dipakai untuk mencema bakteri dan bahan protein asing lainnya. Lisosom yang ada pada makrofag (tetapi tidak pada netrofil) juga mengandung banyak lipase, yang mencerna membran lipid tebal yang dimiliki oleh bebera¬pa bakteri tertentu seperti basil tuberkulosis.

Netrofil dan Makrofag Dapat Membunuh Bakte¬ri. Selain mencerna bakteri yang dicerna dalam fagosom, netrofil dan makrofag juga mengandung bahan bakteri ¬sidal yang membunuh sebagian besar bakteri, bahkan bila enzim lisosomal gagal mencerna bakteri tersebut. Hal ini menjadi demikian penting sebab beberapa bakteri mem¬punyai selubung pelindung atau faktor lain yang mence¬gah penghancurannya oleh enzim pencernaan. Banyak efek pembunuhan merupakan hasil dari beberapa bahan pengoksidasi kuat yang dibentuk oleh enzim dalam mem¬bran fagosom, atau oleh organel khusus yang disebut pe¬roksisom. Bahan pengoksidasi ini ialah sejumlah besar su¬peroksida (02-), hidrogen peroksida (H2O2 ), dan ion-ion hidroksil (—OH-), semuanya bersifat mematikan bagi sebagian besar bakteri, bahkan bila bahan pengoksidasi itu jumlahnya sedikit. Selain itu, salah satu enzim lisosom, yaitu mieloperoksidase, mengatalisis reaksi antara H2O2 dan ion klorida untuk membentuk hipoklorit, yang secara luas bersifat bakterisid.
Namun, beberapa bakteri, khususnya basil tuberkulo¬sis, mempunyai selubung yang bersifat resisten terha¬dap pencernaan oleh lisosom dan juga mengekresikan zat-zat yang memiliki ketahanan parsial terhadap efek pembunuhan dari netrofil dan makrofag. Bakteri seperti ini berperan pada banyak penyakit kronik, dan salah satu contohnya adalah tuberkulosis.

D. Peradangan Peran Netrofil dan Makrotag
Peradangan
Bila terjadi. cedera jaringan, entah karena bakteri, trauma, bahan kim ia, panas, atau fenomena lainnya, maka jaringan yang cedf--ra itu akan melepaskan berbagai zat yang me¬nimbulkan perubahan sekunder yang dramatis di sekeli¬ling jaringan yang tidak cedera. Keseluruhan kompleks perubahan jaringan ini disebut peradangan (inflamasi).
Peradangan ditandai oleh (1) vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan; (2) peningkatan permeabilitas kapiler, memungkinkan kebocoran banyak sekali cairan ke dalam ruang interstisial (3) sering kali terjadi pembekuan cairan di dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler da¬lam jumlah besar; (4) migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, dan (5) pembengkakan sel jaringan. Beberapa dari sekian banyak produk jaringan yang menimbulkan reaksi ini adalah histamnin, bradikinin, serotonin, prostaglandin, beberapa macam produk reak¬si sistem komplemen (yang dijelaskan di Bab 34), produk reaksi sistem pembekuan darah, dan berbagai substansi yang disebut limfokin yang dilepaskan oleh sel T yang tersensitisasi (bagian dari sistem imun juga dibicarakan di Bab 34). Beberapa dari substansi ini dapat mengaktifkan sistem makrofag dengan kuat, dan dalam waktu beberapa jam, makrofag mulai melahap jaringan yang telah dihan¬curkan. Tetapi pada suatu saat, makrofag selanjutnya juga dapat mencederai sel-sel jaringan yang masih hidup.
Pembatasan (“Walling Off”) Efek Peradangan. Salah satu efek pertama dari peradangan adalah pem¬batasan (“wall off”) area yang cedera dari sisa jaringan yang tidak, mengalami radang. Ruang jaringan dan cairan limfatik di daerah yang. meradang dihalangi oleh bekuan fibrinogen, sehingga untuk sementara waktu hampir tidak ada cairan yang melintasi ruangan. Proses pembatasan akan menunda penyebaran bakteri atau produk toksik.
Intensitas proses peradangan biasanya sebanding dengan derajat cedera. jaringan. Contohnya, ketika sta¬filokokus yang memasuki jaringan melepaskan banyak sekali toksin yang mematikan sel-sel. Akibatnya, tim¬bul peradangan dengan cepat bahkan, jauh lebih cepat daripada kemampuan stafilokokus untuk menggandakan diri dan melakukan penyebaran. Jadi, infeksi stafilokokus setempat ditandai dengan cepat4ya pembentukan dinding pembatas dan pencegahan penyebaran ke seluruh tubuh. Sebaliknya, streptokokus tidak menimbulkan kerusakan jaringan lokal yang hebat. Sehingga, proses pembentukan dinding pembatas berjalan lamban selama beberapa jam, sementara banyak streptokokus yang berkembang biak dan bermigrasi. Akibatnya, streptokokus sering kali lebih cenderung menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan kematian daripada stafilokokus, walaupun sebenarnya stafilokokus jauh lebih merusak jaringan.


E. Respons Makrofag dan Netrofil Selama Peraclangan
Makrofag Jaringan Sebagai Uni Pertahanan Pertama Melawan Infeksi. Dalam waktu beberapa menit setelah peradangan dimulai, makrofag telah ada di dalam jaringan, berupa histiosit di jaringan subkutan, makrofag alveolus di paru, mikroglia di otak, atau yang lainnya, dan segera memulai kerja fagositiknya. Bila diaktifkan oleh produk infeksi dan peradangan, efek yang mula-mula ter¬jadi adalah pembengkakan setiap sel-sel ini dengan cepat. Selanjutnya, banyak makrofag yang, sebelumnya terikat kemudian lepas dari pelekatannya dan menjadi mobil, membentuk lini pertama pertahanan tubuh terhadap in¬feksi selama beberapa jam pertama. Jumlah makrofag yang mengalami mobilisasi dini ini sering kali tidak ba¬nyak tetapi. dapat menyelamatkan jiwa
Invasi Netrofil ke Daerah Peradangan Sebagai Lini Pertahanan Kedua. Dalam beberapa jam pertama setelah peradangan dimulai, sejumlah besar netrofil dari darah mulai menginvasi daerah yang meradang. Hal ini disebabkan berasal dari jaringan yang meradang akan memicu reaksi berikut: (1) Produk terse¬but mengubah permukaan, bagian dalam endotel kapiler, menyebabkan netrofil melekat pada dinding, kapiler di area yang meradang. Efek ini disebut marginasi, dan di¬tunjukkan pada Gambar 32-2. (2) Produk ini menyebab¬kan longgamya pelekatan interseluler antara sel endotel kapiler dan sel endotel venula kecil sehingga, terbuka cu¬kup lebar, dan memungkinkan netrofil untuk melewatinya dengan cara diapedesis langsung dari darah ke dalam ru¬ang jaringan. (3) Produk peradangan lainnya akan menye¬babkan kemotaksis netrofil menuju jaringan yang cedera, seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Jadi, dalam waktu beberapa jam setelah dimulainya kerusakan jaringan, tempat tersebut akan diisi oleh ne¬trofil. Karena netrofil darah telah berbentuk sel matur, maka sel-sel tersebut sudah siap untuk segera memulai fungsinya untuk membunuh bakteri dan menyingkirkan bahan-bahan Asing.
Peningkatan Akut Jumlah Netrofil dalam Da¬rah—”Netrofilics”. Dalam waktu beberapa jam sesudah dimulainya radang akut yang berat, jumlah netrofil di da¬lam darah kadang-kadang meningkat, sebanyak empat sampai lima kali lipat dari jumlah normal (4000 sampai 5000) menjadi 15.000 sampai 25.000 netrofil per mikro¬liter. Keadaan ini disebut netrofilia, yang berarti terjadi peningkatan jumlah netrofil dalam darah. Netrofilia di¬sebabkan oleh produk peradangan yang memasuki aliran darah, kemudian diangkut ke sumsum tulang, dan di situ bekerja pada netrofil yang tersimpan dalam sumsum un¬tuk menggerakkan netrofil-netrofil ini ke sirkulasi darah. Hal ini membuat lebih banyak lagi netrofil yang tersedia di area jaringan yang meradang.
Invasi Mokrofag Kedua ke Jaringan Inflamasi Sebagai Lini Pertahanan Ketiga. Bersama dengan invasi netrofil, monosit dari darah akan memasuki jaring¬an yang meradang dan membesar menjadi makrofag. Namun, jumlah monosit dalam sirkulasi darah sedikit: tempat penyimpanan monosit di sumsum tulang juga jauh lebih sedikit daripada netrofil. Oleh karena itu, pembentuk¬an makrofag di area jaringan yang meradang jauh lebih lambat daripada netrofil, dan memerlukan waktu bebera¬pa hari supaya menjadi efektif Selanjutnya, bahkan se¬telah menginvasi jaringan yangmeradang, monosit masih merupakan sel imatur, dan memerlukan waktu 8 jam atau lebih untuk membengkak ke ukuran yang jauh lebih besar dan membentuk lisosom dalam jumlah yang sangat ba¬nyak; barulah kemudian mencapai kapasitas penuh seba¬gai makrofag jaringan untuk proses fagositosis. Ternyata setelah beberapa hari sampai beberapa minggu, makro¬fag akhirnya datang dan mendominasi sel-sel fagositik di area yang meradang, karena produksi monosit baru yang sangat meningkat dalam sumsum tulang, seperti yang di¬bahas kemudian.
Seperti yang telah dijelaskan, makrofag dapat mem¬fagositosis jauh lebih banyak bakteri (kira-kira lima kali lebih banyak) dan partikel yang jauh lebih besar, bahkan termasuk netrofil itu sendiri dan sejumlah besar jaringan nekrotik, daripada yang dapat dilakukan oleh netrofil. Makrofag juga berperan penting dalam memicu pemben¬tukan antibodi, seperti yang dibicarakan di Bab 34.
Peningkatan Produksi Granulosit dan Monosit oleh Sumsum Tulang Sebagai Lini Pertahanan Keempat. Lini pertahanan tubuh yang keempat adalah peningkatan hebat produksi granulosit dan monosit oleh sumsum tulang. Hal ini disebabkan oleh perangsangan sel-sel progenitor granulositik dan monositik di sumsum. Namun, hal tersebut memerlukan waktu 3 sampai 4 hari sebelum, granulosit dan monosit yang baru terbentuk ini mencapai tahap meninggalkan sumsum tulang. Jika te¬rus menerus terdapat perangsangan dari jaringan yang meradang, maka sumsum tulang dapat terus menerus memproduksi sel-sel ini dalam jumlah yang banyak se¬kali selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun, kadang-kadang dengan kecepatan-produksi 20 sampai 50 kali di atas normal.
Pengaturan Umpan Balik Terhadap Respons Makrofag dan Netrofil
Walaupun terdapat lebih dari dua lusin faktor yang terlibat dalam pengaturan respons makrofag terhadap peradang¬an, lima di antaranya dipercaya memiliki peran yang do¬minan. Faktor-faktor ini diperlihatkan pada Gambar 33-6 dan terdiri dari (I) faktor nekrosis tumor (TNF), (2) inter¬leukin-1 (IL-1), (3) faktor perangsang-koloni granulosit¬monosit (GM-CSF), (4) faktor perangsang-koloni granu¬losit (G-CSF), dan (5) faktor perangsang-koloni monosit (M-CSF). Faktor-faktor ini dibentuk oleh sel makrofag yang teraktivasi di jaringan yang meradang, dan sebagian kecil dibentuk oleh sel-sel jaringan yang meradang.

GAMBAR 33-6. Pengaturan produksi granulosit dan monosit ¬makrofag oleh sumsum tulang sebagai respons terhadap berbagai faktor pertumbuhan yang dilepaskan dari makrograf yang teraktivasi dalam jaringan yang meradang. G-CSF, faktor perangsang-koloni granulosit; GM-CSF, faktor perangsang-koloni granulosit-monosit; IL-1, interleukin-1; M-CSF, faktor perangsang-koloni monosit; TNF, faktor nekrosis tumor.
Penyebab peningkatan produksi granulosit dan mo¬nosit oleh sumsum tulang ini terutama adalah tiga fak¬tor perangsang-koloni, satu di antaranya, GM-CSF, me¬rangsang produksi granulosit maupun monosit; dan dua lainnya, G-CSF dan M-CSF, berturut-turut merangsang granulosit dan monosit. Kombinasi antara TNF, IL-1, dan faktor perangsang-koloni merupakan mekanisme umpan balik yang kuat yang dimulai dengan peradangan jaringan, kemudian berlanjut membentuk sejumlah besar sel darah putih pertahanan yang membantu untuk menghilangkan penyebab radang.
Pembentukan Pus
Bila netrofil dan makrofag menelan sejumlah besar bak¬teri dan jaringan nekrotik, pada dasarnya semua netrofil dan sebagian besar makrofag akhirnya akan mati. Sesu¬dah beberapa hari, di dalam jaringan yang meradang akan terbentuk rongga yang mengandung berbagai bagian jaringan nekrotik, netrofil mati, makrofag mati, dan cair¬an jaringan. Campuran seperti ini biasanya disebut pus. Setelah proses infeksi dapat ditekan, sel-sel mati dan ja¬ringan nekrotik yang terdapat dalam pus secara bertahap akan mengalami autolisis dalam waktu beberapa hari, dan kemudian produk akhirnya akan diabsorpsi ke dalam ja¬ringan sekitar dan cairan limfe hingga sebagian besar tan¬da kerusakan jaringan telah hilang.

Anatomi fisiologi Sistem Pencernaan

DEFINISI
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut:
- menerima makanan
- memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)
- menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
- membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan.
Bagian dalamdari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah dan dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut.
Di dasar mulut terdapat lidah, yangberfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan.
Di belakang dan dibawah mulut terdapat tenggorokan (faring).
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir.
Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung.
Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltik.

Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting:
- lendir
- asam klorida
- prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini (apakah karena infeksi oleh bakteri Helicobacter pylori atau karena aspirin), bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Pelepasan asam dirangsang oleh:
- saraf yang menuju ke lambung
- gastrin (hormon yang dilepaskan oleh lambung)
- histamin (zat yang dilepaskan oleh lambung).
Pepsin bertanggungjawab atas pemecahan sekitar 10% protein.
Pepsin merupakan satu-satunya enzim yang mencerna kolagen, yang merupakan suatu protein dan kandungan utama dari daging.
Hanya beberapa zat yang bisa diserap langsung dari lambung (misalnya alkohol dan aspirin) dan itupun hanya dalam jumlah yang sangat kecil.

Lambung atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak di bawah sekat rongga badan. Lambung dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan . Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat. Pilorus adalah bagianbawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari (duodenum).
Di dalam lambung, makanan dicerna secara kmiawi. Dinding lambung tersusun dari tiga lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang dan menyerong. Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam lambung diaduk-aduk.
Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil. Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca²+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya reninm sus yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usu tanpa sempat dicerna.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam.Sebaliknya, oto pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentu kim. Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamanya menurun. Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.


Usus halus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus.
Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati.
Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan.
Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus.
Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili).
Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap.
Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum.
Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya.
Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus.
Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman lambung.
Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.

Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar:
- Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
- Pulau pankreas, menghasilkan hormon.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah.
Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui berbagai saluran ke dalam duktus pankreatikus.
Duktus pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter Oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam duodenum.
Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak.
Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
3 hormon yang dihasilkan oleh pankreas adalah:
- Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah
- Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah
- Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormon lainnya (insulin dan glukagon).
Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler).
Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Darah diolah dalam 2 cara:
- Bakteri dan partikel asing lainnya yang diserap dari usus dibuang
- Berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan oleh tubuh.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan.
Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati digunakan untuk membuat empedu.
Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu.
Kandung empedu & Saluran empedu
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum.
Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum.
Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum.
Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati.
Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi.
Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan makanan.
Empedu memiliki 2 fungsi penting:
- Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
- Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:
- Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan
- Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya
- Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan
- Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh
- Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu.
Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik.
Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
Usus besar
Usus besar terdiri dari:
- Kolon asendens (kanan)
- Kolon transversum
- Kolon desendens (kiri)
- Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus.
Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja.
Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

Rektum & Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

Sumber Artikel : http://medicastore.com/penyakit/9/Biologi_Sistem_Pencernaan.html
















Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia
ANATOMI DAN FISIOLOGI
SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Gambar 1: Sistem Pencernaan
A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Gbr 2 : Anatomi Mulut
B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Gambar 3 :Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
Ø bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
Ø bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
Ø serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
Gambar 4 : Bagan posisi esofagus pada manusia, dilihat dari belakang
Bagan posisi esofagus pada manusia, dilihat dari belakang
D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu
Ø Kardia.
Ø Fundus.
Ø Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
* Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
* Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
* Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Gambar 5 : Anatomi Lambung
E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Gambar 6 : Antomi Usus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Usus dua belas jari (duodenum)
Gambar 8 : Usus dua belas jari (duodenum)
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
Gambar 9 : Diagram usus halus dan usus besar
Diagram usus halus (terlabel small intestine)
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Gambar 10 :Ileum dan organ-organ yang berhubungan
Diagram ileum dan organ-organ yang berhubungan
F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
* Kolon asendens (kanan)
* Kolon transversum
* Kolon desendens (kiri)
* Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Gambar 10 : Anatomi Usus Besar
G. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
I. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
Gambar 11 : Anatomi Rektum & Anus
J. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
* Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
* Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
Gambar 12 : Potongan depan perut, menunjukkan pankreas dan duodenum
Potongan depan perut, menunjukkan pankreas dan duodenum.
K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Gambar 12 : Hati
Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan manusia.
L. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
• Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
• Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

Jumat, 25 Juni 2010

Fisiologi Sistem Pencernaan

PENDAHULUAN
Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut :
• menerima makanan (Mulut)
• memecah makanan menjadi zat-zat gizi (Mulut, Tenggorokan, Kerongkongan & Lambung)
• menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah (Usus)
• membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

Gbr: Anatomi Mulut
Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
• lendir
• asam klorida (HCl)
• prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

Gbr: Anatomi Lambung
Usus Halus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

Gbr: Antomi Usus tablet
Pankreas
Pankraes merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
• Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
• Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Kandung Empedu & Saluran Empedu
Empedu memiliki 2 fungsi penting :
• membantu pencernaan dan penyerapan lemak
• berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol
Usus Besar
Usus besar terdiri dari :
• Kolon asendens (kanan)
• Kolon transversum
• Kolon desendens (kiri)
• Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

Gbr: Anatomi Usus Besar
Rektum & Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

Gbr: Anatomi Rektum & Anus

Selasa, 22 Juni 2010

Psikologi Dalam Keperwatan

APLIKASI PSIKOLOGI DALAM KEPERAWATAN
REVEUW : PSIKOLOGI BERASAL DARI PERKATAAN PSIKE (jiwa) dan LOGOS (ilmu/pengetahuan)
PSIKOLOGI ; ILMU/PENGETAHUAN YANG MEMPELAJARI JIWA & JIWA SEBAGAI DASAR DARI TINGKAH LAKU
BAGAIMANA KITA MEMPELAJARI JIWA, DIMANA HAL TERSEBUT MENDASARI PERAWATAN SEORANG PASIEN DAN AKAN MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN
APA YG HENDAK DIKETAHUI MENGENAI JIWA BUKANLAH BENTUKNYA, SEBAB TIDAK JELAS TERLIHAT, HANYA DAPAT DILIHAT DARI TINGKAH LAKU SEHUB DENGAN LINGKUNGAN.
LINGKUNGAN MEMBERI RANGSANGAN KEPADA SESEORANG DAN BERESPON/REAKSI.
A (alam/lingkungan sekitarnya)
S (stimulus/rangsangan yang berasal dari lingkungan dan mengena orang)
O (orang)
R (respon, reaksi, jawaban orang tersebut yang ditujukan kelingkungan)
A (alam/lingkungan yang menerima reaksi orang tersebut)
BAHWA DALAM KAJIAN INI KITA MEMPELAJARI TINGKAH LAKU MANUSIA YANG KELIHATAN DAN YANG tidak KELIHATAN
MEMAHAMI PASIEN
DAPAT DIPAKAI BEBERAPA CARA
* PENGAMATAN; MELIHAT TINGKAH LAKU SESEORANG, USAHA MENCARI ARTI DARI TINGKAH LAKU TERSEBUT DGN MENGINSTROPEKSI KEDALAM DAN KELUAR
* PERSAMAAN; MENYAMAKAN ATAU ANALOGI DGN MELIHAT SITUASI YANG SAMA
* IKUT MERASAKAN; SERINGKALI PENGALAMAN TINGKAH LAKU DAN PEMBERIAN ARTI TERJADI BEGITU CEPAT
* DENGAN BERWAWANCARA; BERCAKAP-CAKAP DAN MENGAJUKAN PERTANYAAN (ada dua macam wawancara, yakni langsung/otoanamnese dan tidak langsung/aloanamnese)


HAL PENTING BAGI PENDIDIKAN PERAWAT
1. INSTROPEKSI DIRI; DORONGAN, MOTIF MANAKAH YANG MENDORONG PERAWAT MENGAMBIL PROFESI INI
2. MEMBEKALI DIRI; DENGAN SEGALA PENGETAHUAN
3. PERSIAPAN DIRI; DEMI PENGABDIAN DALAM BIDANG PERAWATAN
KEBERHASILAN SEORANG PERAWAT
PADA UMUMNYA TIDAK SEORANG PUN BEKERJA TANPA ORANG LAIN, BEGITU PULA SEORANG PERAWAT SELALU BERADA DALAM LINGKUNGAN ORANG LAIN
INTERAKSI PASIEN, DOKTER DAN PERAWAT (dokter memeriksa pasien dan menentukan obat- obatan, diteruskan kepada perawat untuk diberikan kepada pasien)
KETIGA UNSUR INI SALING BERKERJASAMA DAN BERINTERAKSI UNTUK SALING MEMBERI INFORMASI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEADAAN PASIEN
FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERAWATAN
1. PERAWAT DAN PASIEN ADALAH PRIBADI-PRIBADI (pasien mempunyai keperibadian yang merupakan suatu kesatuan yang berintegrasi, bereaksi dengan penyakit, jiwa, dan emosinya serta memiliki penilaian, cita-cita, angan-angan, keinginan dan kebutuhan
2. PENGALAMAN AZAS-AZAS PSIKOLOGI PERLU DALAM HUBUNGAN PERAWATAN (memiliki kesanggupan melihat dari mata orang lain misalnya dapat memahami perasaan pasien yang takut dioperaasi, pasien yang menuntut dan menolak perhatian, pasien kritis, pasien manja dll)
3. KESANGGUPAN MENILAI TINGKAH LAKU (melalui pengamatan, tanda atau petunjuk, misalnya seseorang yang baru kedukaan, ramai dalam berbicara kemungkinan sedang terjadi kecamasan/anxietas)
4. MENCEGAH KECAMASAN; (perawat harus peka, misalnya pasien harus diperhatikan, diberitahu, menggunakan bahasa yang mudah dimnegerti )


5. SANGGUP MENGENAL TANDA-TANDA PENYESUAIAN YANG MENYIMPANG (perawat yang paling lama kontak dengan pasien, maka harus dapat mengenal perubahan positif maupun negatif)
6. PENGETAHUAN TENTANG SUMBER-SUMBER BANTUAN (dimana harus mencari berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan pasien)
7. MENGETAHUI LATAR BELAKANG PASIEN SECARA MENYELURUH (misal pasien ibu, bapak, seorang yang mandiri)
PENDEKATAN TERHADAP PASIEN
DALAM PENGABDIANNYA SEORANG PERAWAT TIDAK DAPAT MEMILIH PASIEN, KECUALI PASIEN YANG DIHADAPI MENDERITA PENYAKIT BERBEDA-BEDA DENGAN LATAR BELAKANG YANG BERBEDA PULA, BAGAIMANA PERAWAT DAPAT MENGENAL
TELAH DIPAHAMI CARA MENGENAL ADALAH DENGAN MELIHAT DAN MENGAMATI TINGKAHLAKU YANG MERUPAKAN GEJALA YANG RUWET DAN MAJEMUK
SETIAP TINGKAHLAKU MERUPAKAN KELAKUAN YANG BERKEMBANG, BERASAL DARI MASA LAMPAU
A. PERUMUSAN KEPERIBADIAN
ADALAH SELURUH PRIBADI ITU, YAKNI BGM SESEORANG MERASAKAN BERBUAT, BAIK DISADARI MAUPUN TIDAK SEPERTI PADA INTERAKSI DENGAN LINGKUNGAN
SELALU BERADA DALAM SUATU PROSES SEDANG MENJADI SESUATU YANG LAIN SAMBIL MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN (KONTINYUITAS) YANG MENYEBAKAN MUDAH DIKENAL DALAM BERBAGAI SITUASI DARI LAHIR SAMPAI MATI
SUATU PENAMPILAN, MANIFESTASI KE LUAR MAUPUN KE DALAM, MERUPAKAN FUNGSI ATAU EKSPRESI
DALAM PERAWATAN, SESUNGGUHNYA KITA BERHADAPAN DENGAN TUBUH/FISIK TETAPI TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DARI ASPEK KEJIWAAN PASIEN TERSEBUT
MENURUT G.W. ALLPORT KEPERIBADIAN ADALAH SUATU ORGANISASI YANG DINAMIS DARI SISTEM-SISTEM PSIKOFISIS DI DALAM INDIVIDU YANG MENENTUKAN PENYESUAIAN KHAS TERHADAP LINGKUNGAN


B. MOTIVASI
SELAIN MENGENAL KEPERIBADIAN MELALUI TINGKAH LAKU, JUGA BANYAK HAL YANG INGIN DIKETAHUI MELALUI KEPERIBADIAN. SUMBER DAN SEBAB DARI TINGKAH LAKU TERSEBUT ADALAH :
1. TEORI, PENDAPAT ATAU PANDANGAN TINGKAH LAKU SELALU DIPERBAHARUI, SULIT UNTUK MENGUKUR KEPERIBADIAN SESEORANG, KARENA MANUSIA YANG KITA HADAPI TERLALU MAJEMUK DAN SERING DITEMUKAN UNSUR2 YANG TIDAK TERDUGA
2. MANUSIA MEWARISI, MEMILIKI PERLENGKAPAN BIOLOGIS BAGI KELANCARAN PERTAHANAN HIDUPNYA
3. MOTIF YANG MENDASARI TINGKAHLAKU, DIARAHKAN UNTUK MENCAPAI SUATU TUJUAN. PENYEBAB TINGKAH LAKU MOTIF ATAU DORONGAN ATAU KEBUTUHAN. ADA DUA MOTIF YANG MENGGERAKAN SESEORANG YAITU MOTIF BIOLOGIS DAN SOSIAL
C. KECEMASAN
KECEMASAN ATAU ANXIETAS ADALAH RASA KHWATIR, TAKUT YANG TIDAK JELAS PENYEBABYA, SANGAT BERPEBGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN KEDWASAAN SESEORANG, KARENA MERUPAKAN KEKUATAN BESAR DALAM MENGGERAKAN TINGKAHLAKU NORMAL MAUPUN MENYIMPANG
D. MACAM-MACAM KEPERIBADIAN ORANG
DARI PERUMUSAN DAPAT DISIMPULKAN BAHWA KEPERIBADIAN BERUBAH, BERKEMBANG SESUAI DENGAN PERUBAHAN LUNGKUNGAN. DALAM USAHA MENGERTI KEPERIBADIAN SESEORANG AKAN DIPERMUDAH DENGAN MENELITI LATANG BELAKANG KELUARGA, PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN DAN STATUS SOSEK.
MENURUT PROF. G. HEYMANS CIRI-CIRI KEPERIBADIAN BERDASARKAN :
1. EMOSIONAL; TIPE EMOSIONAL (mudah tergoyah oleh perasaan), TIPE TIDAK EMOSIONAL (hanya sedikit oleh perasaan)
2. AKTIVITAS; PEMBAGIAN MENURUT AKTIVITAS ATAU MUDAH/SULITNYA TERGERAK UNTUK BERTINDAK. TIPE AKTIF (membutuhkan motif lemah untuk bertindak) TIPE TIDAK AKTIF (motif kuat sekalipun belum dapat menggerakannya untuk mbertidak dengan ciri.


3. AKIBAT PERASAAN; TIPE FUNGSI PRIMER (tanggapan dan perasaan hanya bekerja bila berada pada pusat kesadaran, pemikiran. Sifat-sifat; banyak bergerak,kurang tekun, tidak tabah, suasana hati berubah-ubah, daya ingat kurang, boros, tidak cermat, tidak berprinsip, pendapat bertentangan dengan perbuatan)), TIPE SEKUNDER (tanggapan dan perasaan masih tetap bertahan, mempengaruhi kerja psikis walaupun sudah tenggelam dalam bawah sadar. Sifat-sifat; tenang, tekun, suasana hati tetap, bijaksana, ingatan baik, tidak boros, suka memabantu, menaruh kasihan, dapat dipercaya, berpendirian tetap, berkeyakinan, konsekuen, konservatif). PERLU DIINGAT BAHWA PEMBAGIAN TIPE INI TIDAK 100% TETAPI PERBEDAANNYA PADA DERAJAT MANA LEBIH MENONJOL.
MENURUT C.G. YUNG MENGGOLONGKAN MENURUT HUB. DENGAN DUNIA LUAR :
1. TIPE EKSTROVERT; TINDAKAN LEBIH DIPENGARUHI OLEH DUNIA LUAR, SIFAT-SIFAT (terbuka, lincah dalam pergaulan, riang, ramah, mudah berhubungan dengan orang lain)
2. TIPE INTOVERT; LEBIH TERTUTUP DAN MENDALAMI DIRINYA SENDIRI, TIDAK TERPENGARUH PUJIAN, MEMPUNYAI IDE-IDE SENDIRI DAN AZAS-AZAS YANG DIPERTAHANKAN, SUKAR BERGAUL DAN SULIT DIMENGERTI ORANG LAIN
3. TIPE AMBIVALEN; MEMILIKI SIFAT DARI KEDUA TIPE DASAR SEHINGGA SULIT DIMASUKAN KE DALAM SALAH SATU TIPE.
DASAR-DASAR HUBUNGAN SOSIAL DALAM PERAWATAN
A. SIFAT YANG MENDASARI DEDIKASI SEORANG PERAWAT
1. MINAT TERHADAP ORANG LAIN
2. DERAJAT SENSIVITAS
3. MENGHARGAI HUBUNGAN-HUBUNGAN
4. SIKAP TERHDAP MEREKA YANG BERKEDUDUKAN LEBIH TINGGI
B. PENTINGNYA HUBUNGAN-HUBUNGAN ANTAR PRIBADI
KARENA TIDAK SATUPUN ORANG SAMA KEPERIBADIANNYA DAN SELALU DITEMUKAN PERBEDAAN, NAMUN ADA BEBERAPA PERSAMAAN TERTENTU :
1. HUBUNGAN PEKERJAAN
2. SIKAP INDIVIDU DAN TINGKAHLAKU
3. DASAR-DASAR PERBEDAAN KEPERIBADIAN
C. HUBUNGAN PRIBADI DALAM PERAWATAN
1. HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTAR INDIVIDU
2. HUBUNGAN DENGAN PASIEN
3. PERAWATAN INDIVIDU SECARA KESELURUHAN
4. MENGERTI PASIEN
5. MEMPEROLEH KEPERCAYAAN DIRI
6. HUBUNGAN DENGAN KELUARGA PASIEN
7. KERJASAMA YANG BAIK DENGAN TEMAT SEJAWAT
8. MENGHDAPI DOKTER YG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSES PENEMBUHAN
MEMAHAMI KEPERIBADIAAN SENDIRI
TELAH DIKETAHUI BAGAIMANA MAJEMUKNYA HUBUNGAN PERAWAT DENGAN SEMUA YANG DIJUMPAINYA, HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANATARA SIKAP PERAWAT DAN PASINE AKAN MEMBANTU PROSES PENYEMBUHAN ATAU SEBALIKNYA. SALAH SATU KEBERHASILAN ADALAH DENGAN MEMAHAMI KEPERIBADIAAN SENDIRI.
A. PEMAHAMAN TENTANG DIRI SENDIRI DAN INTERAKSI SOSIAL
DALAM HUBUNGAN PRIBADI DAN SOSIAL, MAKA SETIAP ORANG MENYATAKAN, MENGEKSPRESIKAN DIRINYA DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI. MEMAHAMI DIRI SENDIRI JAUH LEBIH SULIT DARI MEMAHAMI ORANG LAIN, DIPERLUKAN SIKAP OBYEKTIF TERHADAP DIRI SENDIRI. BEBERAPA SIKAP UMUM :
1. PEMELIHARAAN DIRI
2. PERSAMAAN HARGA DIRI
3. K3YAKINAN AKAN DIRI SENDIRI DAN TUNTUTAN AKAN HAKNYA
B. CIRI-CIRI KEPERIBADIAN SEORANG PERAWAT :
1. KEADAAN FISIK DAN KESEHATAN
2. PENAMPILAN YANG MENARIK
3. KEJUJURAN
4. KERIANGAN
5. BERJIWA SPORTIF
6. RENDAHHATI
7. MURAH HATI
8. KERAMAHAN, SIMPATI DAN KERJASAMA
9. DAPAT DIPERCAYA
10. LOYALITAS
11. PANDAI BERGAUL
12. PANDAI MENIMBANG PERASAAN
13. RASA HUMOR
14. SIKAP SOPAN SANTUN
MERAWAT PASIEN YANG BERBEDA USIA
SETIAP PERAWAT HARUS MERAWAT PASIEN YANG MENJADI TANGGUNG JAWABNYA DAN TIDAK BISA MEMILIH PASIEN (bayi, anak, remaja, dewasa, lansia)
A. SIKAP PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN ANAK
SECARA RINCI SIKAP-SIKAP TERHADAP PASIEN ANAK ADALAH :
1. HUBUNGAN PERAWAT DENGAN BAYI YANG BARU LAHIR
2. SIKAP PERAWAT TERHADAP PASIEN ANAK PRA SEKOLAH ( 3 - 6 TAHUN )
3. SIKAP TERHADAP ANAK MASA SEKOLAH ( 6 - 12 TAHUN )
4. SIKAP TERHADAP ANAK CACAT JASMANI
5. HUBUNGAN PERAWAT DENGAN PASEIN REMAJA
B. HUBUNGAN DENGAN PASIEN DEWASA
1. ORANG DEWASA MUDA 18- 30 TAHUN
2. ORANG DEWASA YANG BERUMUR 30 - 65 YAHUN
3. HUBUNGAN DENGAN PASIEN YANG BERUSIA LANJUT

Kecerdasan
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis.

Definisi Kecerdasan
Terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Namun, beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan[1]. Stenberg& Slater (1982) mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif[2].
Struktur kecerdasan
Kecerdasan dapat dibagi dua yaitu kecerdasan umum biasa disebut sebagai faktor-g maupun kecerdasan spesifik. Akan tetapi pada dasarnya kecerdasan dapat dipilah-pilah. Berikut ini pembagian spesifikasi kecerdasan menurut L.L. Thurstone:
• Pemahaman dan kemampuan verbal
• Angka dan hitungan
• Kemampuan visual
• Daya ingat
• Penalaran
• Kecepatan perseptual
Skala Wechsler yang umum dipergunakan untuk mendapatkan taraf kecerdasan membagi kecerdasan menjadi dua kelompok besar yaitu kemampuan kecerdasan verbal (VIQ) dan kemampuan kecerdasan tampilan (PIQ)
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu:
• Biologis
• Lingkungan
• Budaya
• Bahasa
• Masalah etika

Konsep Dasar Keperwatan Profesi

KONSEP DASAR KEPERAWATAN PROFESIONAL

KONSEP

• KEPERAWATAN MERUPAKAN BENTUK PELAYANAN PROFESIONAL KEPADA KLIEN YANG DIBERIKAN SECARA MANUSIAWI
• KOMPREHENSIF BIO, PSIKO, SOSIAL, SPIRITUAL DAN INDIVIDUALISTIK
• DIBERIKAN SECARA BERKESINAMBUNGAN SEJAK KLIEN MEMBUTUHKAN PELAYANAN SAMPAI MAMPU MELAKUKAN AKTIVITAS SECARA PRODUKTIF
• KEPERAWATAN PROFESIONAL HANYA DAPAT DILAKUKAN OLEH TENAGA KEPERAWATAN PROFESIONAL YANG TELAH MEMILIKI IZIN DAN KEWENANGAN
• KEPERAWATAN PROFESIONAL ADALAH TINDAKAN MANDIRI PERAWAT (AHLI MADYA, NERS, NERS SPESIALIS,NERS KONSIULTAN)
• DILAKUKAN SECARA KOLABORATIF DENGAN PASIEN, TENAGA KESEHATAN LAIN SESUAI LINGKUP WEWENANG DAN TANGGUNG JAWABNYA
• DILAKSANAKAN BERDASARKAN ILMU DAN KIAT KEPERAWATAN
• KEPERAWATAN PROFESIONAL DILAKUKAN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN, MENCEGAH PENYAKIT, PENYEMBUHAN, PEMULIHAN SERTA PEMELIHARAAN KESEHATAN

FALSAFAH PRAKTIK KEPERAWATAN

• DISUSUN DENGAN MERUJUK PADA KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN
• MENGANDUNG DASAR - DASAR PEMIKIRAN UNTUK MENGEMBAN TUGAS KEPERAWATAN YG DISESUAIKAN DENGAN NILAI DAN LATAR BELAKANG BUDAYA
• PERNYATAAN FALSAFAH KEPERAWATAN DI INDONESIA :
1. PERAWATAN MERUPAKAN BANTUAN, DIBERIKAN KARENA ADANYA KELEMAHAN FISIK DAN MENTAL, KETERBATASAN PENGETAHUAN SERTA KURANGNYA KEMAUAN MENUJU KEPADA KEMAMPUAN MELAKSANAKAN KEGIATAN HIDUP SEHARI-HARI
2. KEGIATAN DILAKUKAN DALAM UPAYA PENYEMBUHAN PEMULIHAN SERTA PEMELIHARAAN KESEHATAN DENGAN PENEKANAN KEPADA UPAYA PELAYANAN UTAMA (PHC) SESUAI DENGAN WEWENANG TANGGUNG JAWAB

PENGERTIAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

• ADALAH TINDAKAN MANDIRI PERAWAT (AHLI MADYA, NERS, NERS SPESIALIS NERS KONSIULTAN)
• DILAKUKAN SECARA KOLABORATIF DENGAN PASIEN, TENAGA KESEHATAN LAIN SESUAI LINGKUP WEWENANG DAN TANGGUNG JAWABNYA
• SEBAGAI TINDAKAN PROFESIONAL MENGGUNAKAN PENGETAHUAN TEORITIS DARI BERBAGAI ILMU DASAR (BIOL;OGI, FISIKA, BIOMEDIK, PERILAKU SOSIAL DAN ILMU KEPERAWATAN)
• KARAKTERISTIK PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL :
1. MEMILIKI OTORITAS (AUTORITY), YAKNI MEMILIKI KEWENANGAN SESUAI DENGAN KEAHLIAN
2. MEMILIKI AKUNTABILITAS (ACCOUNTABILITY) TANGGUNG GUGAT TERHADAP APA YANG DILAKSANAKAN SESUAI DGN KETENTUAN HUKUM YG BERLAKU DAN BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP KLIEN, DIRI SENDIRI DAN PROFESI SERTA MENGAMBIL KEPUTUSAN YAGNG BERHUBUNGAN DGN ASUHAN

3. MENGAMBIL KEPUTUSAN MANDIRI (INDEPENDEN DECISION MAKING) SESUAI KEWENANGAN, DILANDASISI PENGETAHUAN YG KOKOH DAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ILMIAH DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN (JUDGMENT) PADA TIAP TAHAP PROSES KEPERAWATAN
4. BERKOLABORASI (COLLABOARATION), BEKERJASAMA BAIK LINTAS PROGRAM MAUPUN LINTAS SEKTOR DAN BERBAGAI DISIPLIN
5. PEMBELA (ADVOCACY) BERTINDAK DEMI HAK KLIEN
6. FASILITATOR (FASILITATION) MAMPU MEMBERDAYAKAN KLIEN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN

HAKIKAT PRATIK KEPERAWATAN

• SENATIASA MENGABDI KEPADA KEMANUSIAAN / BERBENTUK PELAYANAN HUMANISTIK
• MENDAHULUKAN KEPENTINGAN KESEHATAN KLIEN
• ASKEP MERUPAKAN INTI PRAKTEK KEPERAWATAN
• HUBUNGAN PROFESIONAL PERAWAT – KLIEN MENGACU PADA SISTEM INTERAKSI SECARA POSITIF ATAU HUBUNGAN TERAPIUTIK
• KARAKTERISTIK HUBUNGAN PROFEDIONAL :
1. BERORIENTASI PADA KEBUTUHAN KLIEN
2. DIARAHKAN PADA PENCAPAIAN TUJUAN
3. BERTANGGUNG JAWAB DLM MENYELESAIKAN MASALAH KLIEN
4. MEMAHAMI KONDISI KLIEN DGN BERBAGAI KETERBATASAN
5. MEMBERI PENILAIAN BERDASARKAN NORMA YG DISEPAKATI
6. BERKEWAJIBAN MEMBANTU KLIEN AGAR MAMPU MANDIRI
7. BERKEWAJIBAN MEMBINA HUBUNGAN SALING PERCAYA
8. BEKERJA SESUAI KAIDA ETIK, MENJAGA KERAHASIAAN
9. BERKOMUNIKASI SECARA EFEKTIF

FOKUS PRAKTEK KEPERAWATAN
• UPAYA KESEHATAN DUNIA DAN NASIOANAL
• PADA SAAT INI KESMAS MERUPAKAN FOKUS UTAMA DGN TARGET POPULASI TOTAL
• TUJUAN SESUAI YG DICANANGKAN WHO (1985) :
1. PENCEGAHAN PRIMER
2. PENINGKATAN KESEHATAN
3. PERAWATAN DIRI
4. PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI
• KOZIER & ERB (1990 ) MEMBAGI EMPAT AREA TERKAIT KESEHATAN
1. PENINGKATANKESEHATAN (HEALTH PROMOTION)
- PENDIDIKAN KESEHATAN
- PERUNDANGAN / KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG
- HUBUNGAN INTERPERSONAL DGN KLIEN SECAR LANGSUNG
AREAYG MELIBATKAN PERAWAT :
a. MENDORONG LATIHAN FISIK SECARA PERIODIK DAN PEMANTAUAN PENYAKIT
b. MEMIMPIN PELKS. PENKES PADA MASY.
c. MENDUKUNG UNDANG-UNDANG UNTUK KES
d. MENINGKATKAN KESEHATAN & KESKER
2. PENCEGAHAN PENYAKIT :
- HELATH EDUCATION DI RUMAH SAKIT
- PROGRAM MENINGKATKAN GAYA HIDUP SEHAT
- MEMBERI INFORMASI
- MENYEDIAKAN YANKEP
- MEMBANTU TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA
- IMMUNISASI
- MELAKUKAN PEMERIKSAAN UNTUK DETEKSI DINI
- KONSELING KESEHATAN


PERAN PERAWAT :
a. BERTINDAK SEBAGAI MODEL PERAN
b. MENGAJARKAN KLIEN STRATEGI KEPERAWATAN UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN
c. MEMPENGARUHI KLIEN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT
d. MENUNJUKAN PADA KLIEN CARA PEMECAHAN MASALAH
e. MENGUTKAN PERILAKU PENINGKATAN KESEHATAN


3. PEMELIHARAAN KESEHTAN (HEALTH MAINTENANCE)
4. PEMULIHAN KESEHATN (HEALT RESTORATION) DAN PERAWATAN PASIEN MENJELANG AJAL



KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI

A. Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan professional.
Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut ketrampilan intelaktual.
Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan professional sebagai suatu karakter, spirit atau metode professional yang mencakup pendidikan dan kegiatan diberbagai kelompok okupasi yang angotanya berkeinginan menjadi professional. Professional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.

B. Karakteristik Profesi
1. Gary dan Pratt (1991), Kiozer Erb dan Wilkinson (1995) mengemukakan karakteristik professional sebagai berikut :
a. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan
b. Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis
c. Kemampuan menyelesaikan masalah
d. Pengembangan diri secara berkesinambungan
e. Pendidikan formal
f. System pengesahan terhadap kompetensi
g. Penguatan secara legal terhadap standart professional
h. Praktik berdasarkan etik
i. Hukum terhadap malpraktik
j. Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat
k. Perbedaan peran antara pekerja professional dengan pekerjaan lain dan membolehkan praktik yang otonom.

2. Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam tatanan praktik keperawatan.
Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh ketrampilan yang bersifat intuitif. Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu ilmu dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku, social, fisika, biomedik dan lain-lain. Selain itu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.
b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu kemandirian klien.
c. Pendidikan yang mmenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi atau universitas.
Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan tinggi memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan mereka menjalankan peran dengan lebih terpadu dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Disampingg itu perawat dituntut untuk mengembangkan Iptek keperawatan.
d. Pengendalian terhadap standart praktik.
Standart adalah pernyatan atau criteria tentang kualitas praktik. Standart praktik keperawatan menekankan kpada tangung jawab dan tangung gugat perawat untuk memenuhi standart yang telah ditetapkan yang bertujuan menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.
e. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.
Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang diberikan kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan dan konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan pada situasi tertentu.
f. Karir seumur hidup
Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin. Perawat bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan ketrampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.
g. Fungsi mandiri
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan walaupun kegiatran kolaborasi dengan profesilain kadang kala dilakukan dimana itu semua didasarkan kepada kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi lain.

C. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut prawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diplima saja, di ilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan antara lain :
1. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui pnetapan criteria dari berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah rogram pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
3. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sector swasta.
5. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri, bukan anya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah yang berpotensi untuk dikembangkan.

D. Pohon Ilmu ( Body of Knowledge )
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang aplikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler.

E. Cerminan Perawat Profesional
Cerminan nilai professional perawat dalam praktik keperawatan dikelompokkan dalam nilai intelektual dan nilai komitmen moral interpersonal, sebagai berikut :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
Perawat selalu mengupayakan keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.

KONSEP & TEORI KEPERAWATAN
MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN
TERMINOLOGI
Metaparadigma:
Tingkat pengetahuan paling abstrak
Ditujukan pada konsep utama yang mencakup subyek dan ruang lingkup disiplin
Power and Knapp:
“Nursing’s metaparadigm consists of the central concepts of person, environment and nursing”
Filsafat (Philosophy)
Tingkat pengetahuan berikutnya
Mendefinisikan konsep metaparadigma di setiap model konsep keperawatan
Dapat membentuk teori
C/ Filsafat keperawatan : Kerja Nightingale dalam mendefinisikan “Modern Nursing”
Model Konsep (Conceptual Model)
Kerangka kerja atau paradigma yang berperan sebagai rujukan atas pendekatan sistemik fenomena sesuai dengan disiplin.
Memberikan berbagai pandangan yang berbeda tentang keperawatan sesuai dengan karakteristik model
c/ Johnson berfokus pada perilaku, King berfokus pada interaksi, Roy berfokus pada adaptasi
GRAND THEORY
Hampir sama dengan model konsep yang menjadi asal pembentukan teori
Berbeda dengan model konsep karena memberikan perspektif yang benar dan telah teruji.
c/ Teori Roy (manusia sbg sistem yg adaptif) berasal dari Roy Adaptation Model

TEORI
Sekelompok konsep yang mengacu pada tindakan yang mendasari praktek
Teori Keperawatan: sekelompok konsep yang berkaitan yang berasal dari model keperawatan.
Teori keperawatan juga dapat berasal dari disiplin ilmu lain
c/Teori Leininger (Culture Care: Diversity and Universality Theory) berasaldari Antropologi
c/Teori Peplau (Psychodinamic Nursing) bersumber dari Ilmu Jiwa
Dibatasi oleh aspek keperawatan yang di tampilkan
c/ Teori Leininger – budaya
Spesifik pada pendekatan keperawatan tertentu atau pada populasi pasien tertentu.
c/ Teori Mercer – Theory of Maternal Role Attainment

MIDDLE-RANGE THEORY
1.Fokus lebih sempit dari teori
2.Spesifik pada: situasi/ kondisi kesehatan, populasi pasien atau kelompok umur, lokasi/ area praktek, dan intervensi keperawatan tertentu.
3.Lebih nyata di bandingkan grand theory dalam tingkat keabstrakan

Lebih akurat dan berfokus menjawab pertanyaan tentang tindakan keperawatan spesifik.

Knowledge Structure Levels with Example
Structure Level
Example
Metaparadigm

Philosophy
Conceptual Model
Grand Theory
Theory

Middle-Range Theory
Person, Environment, health, and nursing
Nightingale
King’s Systems Framework
King’s Theory of Goal Attainment
Goal Attainment in hospital settings

Goal attainment in adolescent diabetic patients in the community
THE NATURE OF SCIENCE
Dalam pembentukan ilmu keperawatan, muncul pertanyaan filosofis :
What is science, knowledge and thruth?
What methods produce scientific knowledge?

Mempengaruhi ilmuwan dalam melakukan aktifitas ilmiah, bagaimana mengintepretasikan hasil, dan bagaimana mendefinisikan ilmu dan pengetahuan

NURSING SCIENCE DEVELOPMENT
s/d akhir 1950’s
Terminologi “Nursing Science” jarang digunakan di literatur
Pengetahuan yang mendasari praktek keperawatan tidak lengkap
↑ prioritas untuk mengembangkan dasar ilmiah praktek keperawatan.
1952 : Peplau → Teori pertama praktek keperawatan dlm bukunya: Interpersonal Relations in Nursing
Jurnal “Nursing Research” dipublikasikan

1960s – 1970s
Isu pengembangan teori untuk menjawab pertanyaan:
What is theory?
How should nursing theory be developed?
Should theories be borrowed from other fields?
Carper (1978): 4 fundamental patterns of knowledge in nursing
Empirical knowledge (nursing science)
Esthetic knowledge (nursing art)
Moral Knowledge (ethics in nursing)
Personal Knowledge (therapeutic use of self)
1980s
↑ penerimaan teori keperawatan
Pengembangan teori kep. melalui penggabungan teori dan kurikulum kep.
Teori kep. : digunakan untuk analisa praktek klinik
Konsensus: Paradigma Keperawatan terdiri atas 4 komponen (individu, lingkungan, kesehatan, keperawatan)
1990s
Debat apakah keperawatan merupakan : basic science , applied science, atau practical science
Terus berupaya mendefinisikan komponen paradigma keperawatan
Pengkayaan metodologi penelitian kep. dalam mengembangkan pengetahuan keperawatan

Evolusi Teori Keperawatan
PHILOSOPHIES
CONCEPTUAL MODELS AND GRAND THEORIES
THEORIES AND MIDDLE-RANGE NURSING THEORIES
Nightingale
Wiedenbach
Henderson
Abdellah
Hall
Watson
Benner
Orem
Levine
Rogers
Johnson
Roy
Neuman
King
Roper, Logan & Tierney
Peplau
Orlando
Travelbee
Kolcaba
Erickson, Tomlin,
& Swain
Mercer
Barnard
Leininger
Parse
Mishel
Newman
Adam
Pender

FLORENCE NIGHTINGALE : Modern Nursing (1820-1910)
Orientasi filosofik: interaksi manusia/klien dengan lingkungannya.
Penyakit adalah proses perbaikan (reparative process) dan dengan manipulasi lingkungan pasien – ventilasi, kehangatan, cahaya, diet, kebersihan, dan suara- akan mengkontribusi pada proses perbaikan dan pada kesehatan pasien.
Fokus: hubungan keperawatan dan pasien-lingkungan

Ernestine Wiedenbach (1960s) : The Helping Art of Clinical Nursing
Konsentrasi : Art of Nursing
Fokus: kebutuhan pasien
Keperawatan klinik memiliki 4 komponen:
philosophy/filsafat; purpose/kemanfaatan; practice/praktek; dan art/kiat.
Postulat: kep. Klinik secara langsung ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien akan bantuan
Perawat mengidentifikasi kebutuhan klien akan tindakan kep. dg cara:
Mengobservasi perilaku yang konsisten dan inkonsisten thd rasa nyaman klien
Mengeksplorasi arti perilaku pasien
Menentukan penyebab ketidaknyamanan atau ketidakberdayaan
Menentukan apakah pasien dapat mengatasi masalahnya sendiri ataukan membutuhkan bantuan

Virginia Henderson : Definition of Nursing
1955, definisi kep.:
“The unique function of the nurse is to assist the individual, sick or well, in the performance of those activities contributing to health or its recovery (or to peaceful death) that he would perform unaided if he had the necessary strength, will or knowledge. And to do this in such a way as to help him gain independence as rapidly as possible”
Jasmani (body) dan rohani (mind) klien tidak dapat dipisahkan; manusia unik, tidak ada 2 manusia yang sama
14 basic needs of patients:
1. Breathe normally
2. Eat and drink adequately
3. Eliminate body wastes
4. Move and maintain desirable postures
5. Sleep and rest
6. Select suitable clothes – dress and undress
7. Maintain body temperature within normal range
8. Keep the body clean and well groomed and protect the integument
9. Avoid dangers in the environment and avoid injuring others
10. Communicate with others in expressing emotions, needs, fears, or opinions
11. Worship according to one’s faith
12.Work in such way that there is a sense of accomplishment
13. Play or participate in various form of recreation
14. Learn, discover, or satisfy the curiosity that leads to normal development and health and use the available health facilities.
Askep: bertujuan memandirikan klien

Faye Glenn Abdellah (1960) : 21 Nursing Problems
Berdasar pada: metode pemecahan masalah
Berpengaruh pada pengembangan kurikulum kep.
Memandang:”Nursing as a both an art and a science that molds the attitude, intelectual competencies, and technical skills of the individual nurse into the desire and ability to help people cope with their health needs whether they are ill or well”
21 Nursing Problems – petunjuk bagi perawat untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah klien.

Lydia E. Hall : Core, Care and Cure Model
Aspect of patient:

The person – social sciences – nursing aspect: Therapeutic use of self
The body – Natural and Biological sciences – nursing aspect: Intimate bodily care
The disease – Pathological and therapeutic sciences – nursing aspect: seeing the patient and family through the medical care
Perawat berperan pada ketiga aspek pasien dalam derajat yang berbeda, dan berbagi lingkaran tersebut dengan tenaga kesehatan lainnya.

CONCEPTUAL MODELS AND GRAND THEORIES
Dorothea E. Orem (1971) Self-Care Deficit Theory
Individu adalah suatu kesatuan utuh yang terdiri atas fisik, psikologis, dan sosial, dengan kemampuan merawat diri sendiri (self-care ability) yang berbeda-beda.
→ osi tindakan keperawatan ditujukan
kepada upaya mengacu kemampuan
mengasuh diri sendiri
Self-Care Defisit Theory, terdiri atas
1.Theory of Self Care. Self Care : aktifitas yg dilakukan dan ditujukan individu pd dirinya sendiri dlm mempertahankan kehidupan, sehat dan kesejahteraan.
2.Theory of self Care Defisit. Self Care Defisit: Ketidakmampuan diri memenuhi kebutuhan perawatan diri yg terapeutik ---- need nursing
3.Theory of Nursing System
Theory of Nursing System:
Nursing is human action. 3 tipe sistem keperawatan:
Wholly Compensatory (doing for patient)
Partly Compensatory (helping patient do for her/himself)
Supportive-educative (helping the patient learn to do for him/herself)
3 Langkah proses kep.:
Pengkajian dan diagnosis
Merencanakan dan merancang sistem bantuan keperawatan
Melaksanakan dan mengendalikan bantuan sesuai tahapan proses keperawatan

Myra Estrin Levine (1960s) The Conservation Model
Intervensi Keperawatan berlandaskan prinsip konservasi, termasuk:
1.Conservation of Energy : keseimbangan dan perbaikan energi dibutuhkan individu untuk melakukan aktifitas
2.Conservation of Structural Intergrity : penyembuhan adl proses perbaikan integritas struktur dan fungsi dlm mempertahankan keutuhan diri.
3.Conservation of Personal Integrity : pentingnya harga diri dan identitas diri klien, & penghormatan terhadap privasi.
4.Conservation of Social Integrity : pelibatan anggota keluarga, pemenuhan kebutuhan keagamaan, dan penggunaan hubungan interpersonal
4 Levels of Organismic Response:
Fight or flight
Inflammatory response
Response to stress
Perceptual Awareness

Martha E. Rogers Unitary Human Beings
Postulatnya: Manusia adalah area energi yang dinamis yang terintegrasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pada “general system theory” dengan 4 komponen:
1. Energy field
2. A universe of open systems
3. Pattern
4. four dimensionality

Prinsip Homeodynamic : a way of perceiving unitary human beings
→ memberikan gambaran bagaimana proses kehidupan dan memperkirakan faktor2 yang terlibat dalam proses tersebut – adanya keterkaitan yang terus menerus antara manusia dan lingkungannya.
Landasan teori:
Sejarah humanity dan dunia (antropologi,sosiologi, astronomi, agama, filosofi, mytologi)

Dorothy E. Johnson Behavioral System Model
Keperawatan : perawatan klien secara integral untuk memfasilitasi tingkah laku yang effektif dan effisien klien dalam mencapai keseimbangan.
7 subsistem:
1.Attachment/ Affiliative: pendekatan dg org lain – beri rasa nyaman
2.Dependency : bantuan dan perhatian org lain
3.Ingestive: intake mknan & faktor sos bud
4.Eliminative: ekskresi produk sisa & kontrol fisik dan situasi sosial
5.Sexual : tingkah laku gender & budaya b.d. kreatifitas
6.Achievement: kemampuan intelektual, fisik, kreatifitas dan sosial dlm mengontol lingkungan
7.Aggressive/ Protection: Perlindungan dan pertahanan diri
→ Keseimbangan lingkungan internal dan eksternal
Nursing --- terpisah --- Medicine
Fokus : Fokus:
tingkah laku Perubahan patologik
Saling melengkapi

Sister Callista Roy Adaptation Model
Individu: makhluk bio-psiko-sosial yg harus dilihat sebagai suatu kesatuan yg utuh, yang secara terus menerus berinteraksi, berespon dan beradaptasi dg lingkungannya.
Tujuan Keperawatan: u/ mengkaji tingkah laku adaptif klien dan stimulasi yg dpt meningkatkan adaptasi.
Respon adaptif → berpengaruh positif terhadap kesehatan
Model Sistem Adaptasi (Roy, 1984)
Input Proses kontrol Effektor Output
Mekanisme Fn Fisiologik Respon2
Stimulasi koping Konsep diri adaptif
Tk. Adaptasi Regulator Fn Peran &
Cognator Interdependen ineffektif



Proses Kep. : Pengkajian tk I – behavioral
II – stimulasi individu
Analisa→Dx.Kep.→Tujuan→Intervensi→Evaluasi
Betty Neuman (Systems Model)
→ pendekatan sistem pd asuhan keperawatan klien yg dinamis dan terbuka, difokuskan pada definisi masalah keperawatan dan pemahaman pada interaksi klien dg lingkungan. Klien sbg sistem adalah individu, keluarga, grup, komunitas, atau isu.
Penekanan pada penurunan stres dengan memperkuat garis-garis pertahanan fleksibel, normal, maupun resisten, dg Intervensi diarahkan pada ketiga garis pertahanan tersebut yg terkait dg 3 level prevensi : primer, sekunder, tersier.
Imogene King (Dynamic Interacting Systems Framework (1980))
Social Systems
(society)
Interpersonal systems
(groups)
Personal systems
(individuals)

Theory of Goal Attainment, King (1981)
: Mutual goal setting [between a nurse and a client] is based on (a) nurse’s assessment of a client’s concerns, problems, and disturbances in health; (b)nurses’ and client’s perceptions of the interferences; and (c) their sharing of informations whereby each functions to help the client attain the goals identified. In addition, nurses interact with family members when clients cannot verbally participate in the goal setting.
Perawat-klien berinteraksi u/ identifikasi masalah klien demi pencapaian tujuan.
Dasar : individu aktif berinteraksi dg orang lain dan obyek di lingkungan; dan berubah sebagai hasil interaksi tersebut.

Theories and Middle-Range Theories
Hildegard E. Peplau (Psychodynamic Nursing)
: mampu mengerti tingkah laku seseorang untuk membantunya dlm mengidentifikasi kesulitannya dan u/ menerapkan prinsip ‘human relations’ dlm mengatasi masalah2 yg timbul pd berbagai tingkat kejadian.
Keperawatan: proses interpersonal yang terapeutik
4 fase hub. P-K: Orientasi, Identifikasi, Exploitasi, resolusi
Ida Jean Orlando (Disciplined Professional Response Theory)
: menekankan pada hubungan timbal balik (reciprocal relationship) antara perawat dan klien
Landasan teori: hubungan interpersonal
Fokus: sifat unik setiap individu/ klien
→ekspresi klien (verbal & non verbal) mengisyaratkan kebutuhan

Madeleine Leiniger (Culture Care: Diversity and Universality Theory)
: Kep. Adalah profesi perawatan antar budaya dimana perawatan menjadi area sentral.
Kep. → Kiat & ilmu yang merawat dg budaya spesifik pada individu dan kelompok u/ meningkatkan atau mempertahankan perilaku sehat atau proses penyembuhan.
3 teori budaya yg mendasari tindakan keperawatan:
1. Cultural care preservation/ maintenance
2. Cultural care accommodation/ negotiation
3. Cultural care repatterning/ restructuring
Teorinya di reformulasi sbg:
Transcultural Nursing
Mengembangkan Metodologi penelitian Ethnonursing – mempelajari manusia dari pengetahuan dan pengalaman individu mereka, dan kemudian membandingkannya dg kepercayaan dan praktek budaya (outsider).



KONSEP BERUBAH


Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implisit dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah orang lain dan memecahkan masalah.
Keperawatan yang sedang berada pada proses profesionalisasi terus berusaha membuat atau merencanakan perubahan. Adaptasi terhadap perubahan telah menjadi persyaratan kerja dalam keperawatan. Personal keperawatan bekerja untuk beberapa pimpinan, termasuk klien dan keluarganya, dokter, manajer keperawatan, perawat pengawas dan perawat penanggung jawab yang berbeda dalam tiap ship. Perawat pelaksana menemukan peran bahwa mereka berubah beberapa kali dalam satu hari. Kadang seorang perawat menjadi manajer, kadang menjadi perawat klinik, kadang menjadi konsultan dan selalu dalam peran yang berbeda. Sebagai perawat pelaksana maupun sebagai manajer keperawatan kita perlu membuat perubahan untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat tentu saja berharap perubahan tersebut jangan sampai menimbulkan konflik. Oleh karena itu, sebaiknya perawat perlu mengetahui teori-teori yang mendasari perubahan.
PENGERTIAN
Banyak definisi pakar tentang berubah , dua diantaranya yaitu :
1. Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987)
2. Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi (Brooten,1978)

TEORI – TEORI PERUBAHAN
A. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan seorang manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :
1. Ada perubahan yang akan dilakukan
2. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
3. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
4. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :
1. Diagnosis
2. Penetapan objektif bersama
3. Penekanan kelompok
4. Informasi maksimal
5. Diskusi tentang pelaksanaan
6. Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang-orang yang akan terlibat atau terpengaruh dengan perubahan. Sehingga diharapkan mereka mampu mengontrol perubahan tersebut.

B. Teori Lewin
Lewin mengatakan ada tiga tahap dalam sebuah perubahan, yaitu :
1. Tahap Unfreezing
Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam sistem. Tugas perawat pada tahap ini adalah mengidentifikasi masalah dan memilih jalan keluar yang terbaik.
2. Tahap Moving
Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan mencari dukungan dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.
3. Tahap Refreezing
Setelah memiliki dukungan dan alternatif pemecahan masalah perubahan diintegrasikan dan distabilkan sebagai bagian dari sistem nilai yang dianut. Tugas perawat sebagai agen berubah berusaha mengatasi orang-orang yang masih menghambat perubahan.

C. Teori Lippitt
Teori ini merupakan pengembangan dari teori Lewin. Lippitt mengungkapkan tujuh hal yang harus diperhatikan seorang manajer dalam sebuah perubahan yaitu :
1. Mendiagnosis masalah
Mengidentifikasi semua faktor yang mungkin mendukung atau menghambat perubahan
2. Mengkaji motivasi dan kemampuan untuk berubah
Mencoba mencari pemecahan masalah
3. Mengkaji motivasi dan sumber-sumber agen
Mencari dukungan baik internal maupun eksternal atau secara interpersonal, organisasional maupun berdasarkan pengalaman
4. Menyeleksi objektif akhir perubahan
Menyusun semua hasil yang di dapat untuk membuat perencanaan.
5. Memilih peran yang sesuai untuk agen berubah
Pada tahap ini sering terjadi konflik teruatama yang berhubungan dengan masalah personal.
6. Mempertahankan perubahan
Perubahan diperluas, mungkin membutuhkan struktur kekuatan untuk mempertahankannya.

7. Mengakhiri hubungan saling membantu
Perawat sebagai agen berubah, mulai mengundurkan diri dengan harapan orang-orang atau situasi yang diubah sudah dapat mandiri.

D. Teori Rogers
Teori Rogers tergantung pada lima faktor yaitu :
1. Perubahan harus mempunyai keuntungan yang berhubungan
Menjadi lebih baik dari metodeyang sudah ada
2. Perubahan harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada
Tidak bertentangan
3. Kompleksitas
Ide-ide yang lebih komplek bisa saja lebih baik dari ide yang sederhana asalkan lebih mudah untuk dilaksanakan.
4. Dapat dibagi
Perubahan dapat dilaksanakan dalam skala yang kecil.
5. Dapat dikomunikasikan
Semakin mudah perubahan digunakan maka semakin mudah perubahan disebarkan.

E. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
1. Membangun suatu hubungan
2. Mendiagnosis masalah
3. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
4. Memilih jalan keluar
5. Meningkatkan penerimaan
6. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri

F. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley
1. Mengenali gejala
2. Mendiagnosis masalah
3. Menganalisa jalan keluar
4. Memilih perubahan
5. Merencanakan perubahan
6. Melaksanakan perbahan
7. Mengevaluasi perubahan
8. Menstabilkan perubahan

TINGKATAN PERUBAHAN
Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya,
maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna. Hersey dan Blanchard (1977) menyebutkan dan mendiskusikan empat tingkatan perubahan.
Perubahan peratama dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. Sedangkan perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan. Tingkat kesulitan berikutnya adalah perilaku individu. Misalnya seorang manajer mungkin saja mengetahui dan mengerti bahwa keperawatan primer jauh lebih baik dibandingkan beberapa model asuhan keperawatan lainnya, tetapi tetap tidak menerapkannya dalam perilakunya karena berbagai alasan, misalnya merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut. Perilaku kelompok merupakan tahap yang paling sulit untuk diubah karena melibatkan banyak orang . Disamping kita harus merubah banyak orang, kita juga harus mencoba mengubah kebiasaan adat istiadat, dan tradisi juga sangat sulit.
Bila kita tinjau dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan. Perubahan Partisipatif akan terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berprilaku dalam cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Siklus perubahan partisipatif dapat digunakan oleh pemimpin dengan kekuasaan pribadi dan kebiasaan positif. Perubahan ini bersifat lambat atau secara evolusi, tetapi cenderung tahan lama karena anak buah umumnya menyakini apa yang merekan lakukan. Perubahan yang terjadi tertanam secara instrinsik dan bukan merupakan tuntutan eksterinsik.
Perubahan diarahkan atau paksaan Bertolak belakang dengan perubahan partisifatif, perubahan ini dilakukan dengan menggunakan kekuasaan, posisi dan manajemen yang lebih tinggi memberikan tengatng aarah dan perilaku untuk system dari masalah : aktualnya seluruh organisasi dapat menjadi fokus. Perintah disusun dan anak buah diharapkan untuk memenuhi dan mematuhinya. Harapan mengembangkan sikap positif tentang hal tersebut dan kemudian mendapatkan pengetahuan lebih lanjut. Jenis perubahan ini bersifat berubah-ubah, cenderung menghilang bila manajer tidak konsisten untuk menerapkannya.

RESPON TERHADAP SUATU PERUBAHAN

Bagi sebagian individu perubahan dapat dipandang sebagai suatu motivator dalam meningkatkan prestasi atau penghargaan. Tapi kadang-kadang perubahan juga dipandang sebagai sesuatu yang mengancam keberhasilan seseorang dan hilangnya penghargaan yang selama ini didapat. apakah seseorang memandang perubahan sebagai suatu hal yang penting atau negatif. Umumnya dalam perubahan sering muncul resistensi atau adanya penolakan terhadap perubahan dalam berbagai tingkat dari orang yang mengalami perubahan tersebut.
Menolak perubahan atau mempertahankan status quo ketika berusaha melakukan perubahan, bisa saja terjadi. Karena perubahan bisa merupakan sumber stress. Oleh karenanya timbullah perilaku tersebut. Penolakan sering didasarkan pada ancaman terhadap keamanan dari individu, karena perubahan akan mengubah perilaku yang ada. Jika perubahan menggunakan pendekatan pemecahan masalah maka harus diberitahukan mengenai dampak yang mungkin timbul akibat perubahan.
Faktor-faktor yang akan merangsang penolakan terhadap perubahan misalnya, kebiasaan, kepuasan akan diri sendiri dan ketakutan yang melibatkan ego. Orang-orang biasanya takut berubah karena kurangnya pengetahuan, prasangka yang dihubungkan dengan pengalaman dan paparan dengan orang lain serta ketakutan pada perlunya usaha yang lebih besar untuk menghadapi kesulitan yang lebih tinggi. Perubahan memang menuntut investasi waktu dan usaha untuk belajar kembali. Bila keperawatan yang sekarang berada pada proses profesionalisasi untuk menjadi sebuah profesi yang mandiri takut atau tidak siap dengan perubahan dan dampak yang mungkin ditimbulkannya, bagaimana profesionalisasi itu akan terjadi ? Beberapa contoh ketakutan yang mungkin dialami seseorang dalam suatu perubahan antara lain :
1. Takut karena tidak tahu
2. Takut karena kehilangan kemampuan, keterampilan atau keahlian yang terkait dengan pekerjaannya
3. Takut karena kehilangan kepercayaan / kedudukan
4. Takut karena kehilangan imbalan
5. Takut karena kehilangan penghargaan,dukungan dan perhatian orang lain.

PERENCAAN DAN PELAKSANAAN PERUBAHAN
Menurut Kron dalam Kozier (1998) untuk merencanakan dan mengimplementasikan perubahan disarankan 7 (tujuh) pertanyaan yang harus dijawab.
1. Apa ?
Apa masalah yang spesifik dan perubahan apa yang direncanakan
2. Mengapa ?
Mengapa perubahan tersebut diperlukan ? Apakah situasi yang baru akan lebih baik ? Apa yang dirubah ? Apa yang di dapat ?
3. Siapa ?
Siapa yang akan terlibat dan siapa yang menjadi sasaran / target perubahan ?
4. Bagaimana ?
Bagaimana perbahan tersebut dilaksanakan ?

5. Kapan ?
Rencanakan waktu perencanaan dan pelaksanannya
6. Dimana ?
Dimana perubahan tersebut akan dilaksanakan ?
7. Mungkinkah ?
Mungkinkah perubahan tersebut dapat dilaksanakan ? Apakah sumber-sumber yang ada mendukung atau menolak ?

STRATEGI PERUBAHAN
Ada beberapa strategi untuk memecahkan masalah-masalah dalam perubahan , strategi tersebut antara lain yaitu :
A. Strategi Persahabatan
Penekanan didasarkan pada kebersamaan dalam kelompok, dengan cara mengenal kelompok, membangun ikatan sosial, diantara anggotanya. Strategi ini cocok diterapkan pada anak buah yang membutuhkan rasa sosial yang tinggi. Model ini cocok diterapkan pada kondisi pertimbangan tinggi dan struktur rendah.
B. Strategi Politis
Hal ini identik dengan struktur kekuasaan formal dan informal. Setelah struktur ini di identifikasi , baru dilakukan beberapa upaya untuk mempengaruhi mereka yang berada pada kekuasaan. Anggapan dasar strategi ini adalah sesuatu akan dicapai bila orang-orang yang berpengaruh dalam sebuah sistem mau melakukannya.
C. Strategi Ekonomis
Tekanannya pada bagaimana mengendalikan materi. Dengan sumber daya materi, apaun dan siapapun dapat membeli / menjual. Pelibatan hal ini kedalam kelompok sering didasarkan pada pemilikan atau pengendalian sumber-sumber daya yang dapat di jual.
D. Strategi Akademis
Strategi ini menekankan pada pengetahuan dan pendalaman pengetahuan yang merupakan pengaruh primer. Anggapan dasarnya adalah logis dan rasional,objektif : bahwa keputusan yang didasarkan pada apa yang dianjurkan oleh penelitian adalah jalan terbaik untuk diikuti. Strategi ini tidak mementingkan emosi. Jika mengusulkan cara maka pemimpin dapat mencari studi penelitian yang mendukung tujuannya.
E. Strategi Teknis
Metoda ini tepat bagi orang-orang yang mengabaikan subjek-subjek dengan memperhatikan lingkungannya. Ini merupakan salah satu pendekatan sosiologis dengan anggapan dasar bahwa lingkungan disekelilingnya berubah.
F. Strategi Militer
Metode ini berdasarkan pada kekuatan fisik dan ancaman yang nyata. Posisi /kekuasaan digunakan juga dalam bentuk dan ancaman, bila keinginan pimpinan tidak dipatuhi. Ini merupakan strategi struktur tingkat tinggi.
G. Strategi Konfrontasi
Pendekatan ini menimbulkan konflik non kekerasan dan non fisik diantara orang. Dengan melakukan ini, seorang pemimpin mendesak orang untuk mendengar dan melihat apa yang terjadi selanjutnya akan terjadi perubahan. Orang sering terbagi kedalam kelompok atau geng sebagai akibat strategi ini. Bila kelompok merasa bahwa mereka tidak akan atau tidak dapat didengar dengan suatu cara, maka strategi ini sering dipilih. Pemogokan kerja adalah salah satu contohnya.

PERAWAT SEBAGAI PEMBAHARU
Menurut Oslan dalam Kozier (1991) mengatakanp perawat sebagai pembaharu harus menyadari kebutuhan sosial, berorientasi pada masyarakat dan kompeten dalam hubungan interpersonal. Pembaharu juga perlu memahami sikap dan perilakunya, bagaimana ia menjalin kerjasama dengan orang lain dan bagaimana perasaannya terhadap perubahan tersebut.
Maukseh dan Miller dalam Kozier menyebutkan karakteristik seorang pembaharu adalah :
a. Dapat mengatasi/ menaggung resiko. Hal ini berhubganagn dengan dampak yang mungkin muncul akibat perubahan.
b. Komitmen akan keberhasilan perubahan. Pembaharu harus menyadari dan menilai kefektifannya
c. Mempunyai pengetahuan yang luas tentang keperawatan termasuk hasil-hasil riset dan data-data ilmu dasar, menguasai praktik keperawatan dan mempunyai keterampilan teknik dan interpersonal.

Fungsi pembaharu sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam proses berubah, agar efektif seorang pembaharu sebaiknya:
1. Mudah ditemui oleh mereka yang terlibat dalam proses berubah
2. Dapat diercaya oleh mereka yang terlibat
3. Jujur dan tegas dalam menetapkan tujuan, perencanaan dan dalam mengatasi masalah
4. Selalu melihat tujuan dengan jelas
5. Mmenetapkan tanggung jawab dari mereka yang terlibat
6. Menjadi pendengar yang baik.

REFERENSI
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Waluyo. Agung & Asih. Yasmin. (2001). Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM. EGC. Jakarta
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati. (2000). Pengantar kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta
La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (1998). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta
…………..Manajemen Bidang Keperawatan. (2000) Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus. Jakarta
Kozier, Fundamental of Nursing. (1991) Concept, Process, and Practice,Addison Wesley,Publishing company,Inc